Lihat ke Halaman Asli

Menulis adalah Meniru

Diperbarui: 26 Mei 2017   22:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Belum lama ini saya terinspirasi untuk belajar menulis, setelah dua bulan ke belakang sempat dibikin cemburu oleh dua muridku (Ima Matunnisa dan Muh. Bassam) disekolah Madrasah Aliyah Bungursari yang tega-teganya mendahului membukukan karya novelnya. Bagaimana saya bisa menahan dan menyembunyikan rasa jealous itu, sementara saya harus menginisiasi acara Launching dan mendampingi sebagai promotor mereka. Pukulan kedua adalah saat saya harus mengundang salah satu murid saya juga yang kini telah menjadi alumni, untuk menjadi salah satu pembicara di acara launching itu. Beliau dihadirkan karena kapasitasnya sebagai mediator suksesnya karya mereka. Namanya Rosi, beliau memang sekarang sudah terbilang sukses menjadi penulis aktif bahkan telah memiliki personal publisher sendiri. Benar benar gerah hati ini hingga harus dikalahkan oleh muridku sendiri.

Bah gayung bersambut, setiap niat untuk menggeliat pasti saja ada jalan untuk mengarahkan niat itu menjadi kenyataan. Seakan diberi hidayah untuk menulis, disaat yang sama salah seorang dosen saya (Dr. Zaky) tengah giat giatnya menulis dengan intensitas yang tinggi, sepertinya beliau sedang dikejar target untuk menyusun tulisannya menjadi sebuah buku yang akan segera dipublikasikan. Setiap tulisan yang selalu beliau posting seakan mengetuk hati ini untuk segera memulai mencoretkan tinta di kertas yang sama. Akhirnya, berbekal semangat rasa gerah atas karya ketiga muridku dan ajakan untuk berkarya dari sang guru, akhirnya saya mencoba untuk memulainya dengan tangan yang masih lugu dan asal coret saja.

Kompasiana adalah media yang telah dijadikan 'bank' tulisan Pak Zaky, akhirnya saya mendapatkan arahan dan petunjuk untuk membuat akun dan terus menulis di akun pribadi situs kompasiana hingga saat ini. Semangat itu telah melenakan saya dari bisikan dan khayalan tentang sulitnya memulai sebuah tulisan. sampai saat ini pun ketika menulis tak pernah memikirkan hal yang mempersulit diri untuk menumpahkan ide. Karena saya berfikir bahwa yang menyulitkan itu adalah fikiran dan dugaan kita yang mempersulit setiap yang sebenarnya mudah.

Memulai tulisan bagi sebagian orang bukanlah perkara mudah, karena banyak pertimbangan yang harus ditumpukan menjadi syarat dan rukun menulis. Harus baguslah, harus enak dibacalah, harus ilmiah dan banyak hal. Dan akhirnya tumpukan syarat itu benar benar menjadi penghalang seseorang untuk menulis. Benar, sebuah tulisan yang baik itu harus memiliki aturan main yang jelas tetapi tidak berarti keharusan itu harus dipenuhi sejak dari awal kita menjadi penulis pemula. Setiap keistimewaan dan kesuksesan pasti berawal dari proses panjang. Makkah was not built in a day, Kota makah itu tidak dibangun dalam satu hari.

Bagaimana cara segera menyelesaikan mimpi untuk menjadi penulis. paling tidak langkah berikut ini bisa membantu siapapun untuk membuat sebuah karya tulis : 

1. Mulailah. to finish Something is beginning something, satu-satunya cara untuk menyelesaikan sesuatu adalah memulainya. Mulailah, jangan menundanya hingga ada waktu untuk menulis, karena tidak akan ada kesempatan itu selama kita tidak membuatnya sendiri

2. Mengalirlah. Ketakutan yang berlebihan adalah penyakit kronis bagi seseorang untuk memulai sebuah tulisan. Takut salah, takut tidak sistematis dan takut tidak menarik. Menulislah dengan mengalirkan apa yang ada dalam fikiran tanpa pedulikan apakah hasilnya nanti berkualitas atau tidak. Percayalah, penulis yang hebat, tulisan pertamanya selalu tampak lugu dan pantas ditertawakan oleh kualitasnya yang telah membaik saat ini. fokuslah untuk segera membuahkan karya perdana tanpa nilai dan penuh keluguan.

3.  Menirulah. jika tulisan perdana telah di realease, baru kita berfikir untuk memperbaiki kualitas dari karya kita. Mualilah membaca karya oranglain dan temukan bacaan yang menurut kita enak, menarik dan berkualitas. Pelajarilah sesuatu yang menjadi alasan tulisan itu istimewa, lalu tirulah.

4. Modifikasi. Setelah kita terbiasa menulis, sadar atau tidak sadar tulisan kita akan punya kecenderungan mirip dengan tulisan oranglain yang sering kita baca dan tiru. Mulailah berfikir untuk berbeda dan memiliki karakter sendiri dengan cara meniru lalu memodifikasinya menjadi sebuah karakter sendiri.

Proses panjang yang harus dijalani oleh seorang penulis pemula tidak akan lepas dari keharusan lain yang harus dipenuhi. Menulis bukan prihal menumpahkan ide dikepala tapi sebuah sirklus yang saling mengikat antara mencari ide (membaca), mengolah ide (berfikir) dan menumpahkan ide (menulis). Sulit kiranya kita mempercayai bahwa penulis yang baik adalah mereka yang minat bacanya rendah. Sekali lagi bahwa menulis itu sesungguhnya meniru, meniru dari proses membaca, meniru cara oranglain berfikir, meniru cara oranglain untuk menumpahkan ide, dan meniru kembali apa yang telah kita tiru dari karya kita sebelumnya.

Jangan Takut Meniru, selama kita bisa memodifikasi. Jangan takut menulis selama kita masih bisa membaca. Karena tak ada hidup tanpa meniru. Bacalah,Tirulah, Fikirkan, Modifikasi, Tulislah. Setiap sejarah akan cepat musnah dan dilupakan kecuali pernah ada yang menuliskannya. Wallahu A'lam- Ready Corrected!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline