Lihat ke Halaman Asli

Yuk, Jadi Konsumen Cerdas!

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Kerupuk. Siapa pun tahu dan semua pasti pernah menikmatinya. Kuliner renyah berasa gurih-gurih sedap ini menjadi teman yang asyik saat makan nasi. Tanpa ada kerupuk, acara makannya jadi berasa sepiii banget. (pukul kaleng aja biar rame! :D ). Mendapatkannya pun mudah, banyak tersedia di warung dan toko kelontong dalam kemasan plastik bening dengan harga yang murah atau bisa juga membeli mentahnya dan digoreng sendiri.

Ada salah satu varian kerupuk yang bernama kerupuk puli, yaitu kerupuk dengan rasa khas yang terbuat dari beras/nasi. Dalam proses pembuatannya, selain bawang putih yang digunakan sebagai penyedap juga ditambahkan bleng.

Apaan tuh bleng?


Bleng adalah garam mineral berbentuk agak padat dengan warna kekuningan, biasanya dipakai dalam pembuatan beberapa makanan, seperti karak, cenil dan kerupuk puli. Pemberian bleng ini bertujuan untuk menambah keawetan, kekenyalan makanan dan kerenyahan kerupuk. Kriuk...kriuk....

Dalam dunia perkerupukan, yang menjadi favorit saya adalah kerupuk puli, serasa belum lengkap jika bersantap tanpanya. Ia juga bisa menjadi cemilan yang enak, terlebih bila dicocol dengan sambal. Maknyusss top markotop :).

Tetapi, kegemaran saya makan kerupuk puli harus terhenti secara tragis. Hiks..hiks.... Saat saya melihat dan mendengar selentingan kabar dari tim investigasi di televisi, jika bahan tambahan yang berupa bleng itu ternyata boraks. Bahan berbahaya yang seharusnya tidak boleh dikonsumsi oleh manusia. Sejak itu, saya resmi berpisah dan tak pernah lagi menyentuh kerupuk puli. Bahkan memberi tahu (bukan tempe) serta memprovokasi orang sekitar dan saudara yang sering membuat kerupuk puli untuk tidak lagi menggunakan bleng ketika membuatnya, dan mengganti dengan bahan lain seperti tepung kanji atau tepung tapioka.

Ada tanda tanya segede gaban di kepala saya dengan yang namanya bleng ini (emang dasar kepo :)), mengapa ia bisa begitu menghebohkan dunia perkulineran. Dan demi menuntaskan penasaran dan memuaskan rasa keingintahuan, maka saya mengobrak-abrik kediaman mbah google. Mencari data dan fakta tentang bleng yang sebenarnya. Dan info yang saya dapatkan; bleng merupakan bentuk tidak murni dari boraks. Boraks adalah senyawa kimia berbentuk kristal putih yang jika dilarutkan dalam air menjadi Natrium Hidroksida serta Asam Borat. Nama lain dari boraks diantaranya Natrium Tetraborat, Sodium Biborat, Natrium Biborat, atau Borat Decahydrat.

Dalam dunia industri, boraks digunakan menjadi bahan pembuat detergen, solder, campuran pembersih, penguat kayu, antiseptik kayu dan pengontrol kecoa. Dalam dunia farmasi digunakan sebagai ramuan pencuci mata, larutan kompres dan obat kulit/salep.

Makanan yang mengandung boraks biasanya mempunyai ciri kenyal, tidak lengket, tidak cepat putus (pada mie), tahan lama (tidak cepat basi), warnanya lebih putih/mengkilap, dan rasanya agak getir/pahit.

Pemakaian dalam jangka panjang dan jumlah banyak dapat menyebabkan depresi, kejang, kanker, kerusakan syaraf, otak, hati , jantung, gagal ginjal, gangguan pencernaan/diare, pingsan, bahkan kematian. Huwaa, ngeri banget.

Jadi, sebagai konsumen sudah seharusnya bertindak cerdas dengan mewaspadai dan menyeleksi makanan yang akan dikonsumsi. Karena bahan atau unsur yang terkandung dalam makanan, menjadi salah satu hal yang kelak dapat mematikan atau menghidupkan keberlangsungan proses dalam tubuh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline