Lihat ke Halaman Asli

Remah-remah Rindu

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bening mata embun menggores cerita di hamparan pagi. Tentang mimpi yang terpaksa usai sebelum semuanya sempurna terjalani. Lantas menenggelamkanku pada isak yang tertumpah di ujung rakaat.


Sementara fajar,

menyapukan larik indah warnanya. Seiring kepak sayap kupu-kupu yang siap menjemput siang. Menyadarkanku untuk segera mengemas remah-remah rindu yang tercecer diantara kata yang tak sempat terucapkan dan melanjutkan perjalanan kendati ada ribuan rasa yang tak sempat tercecap manisnya.


Dan,

sebelum menjelma menjadi butiran uap yang terbang bersama angin. Kutitipkan remah-remah rinduku pada bening mata embun yang menggantung di ujung daun. Agar tersampaikan pada hujan, untuk menemuiku setelah kemarau berlalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline