Lihat ke Halaman Asli

Jangan Bertanya...!

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Itu sudah nyata sebuah realita,
Kabar itu kan datang serta merta,
Mematahkan padang  padang keraguan,
Merobohkan benteng  benteng keangkuhan,
Menghancurkan tugu  tugu kedurjanaan,

Jangan bertanya!
Sudah nyata Tuhan berkata,
Mengapa belum juga percaya,
Kepada siapa lagi engkau percaya duhai jiwa?
Walau hati seluas samudera,
Tertutup sudah atau dikeranda?

Jangan bertanya!
Bagaimana Ia mengguncangkan dunia,
Toh kujelaskan tetap saja mati rasa,

Jangan bertanya!
Bagaimana ia datang melanda,
Paling  paling sambutanmu hanya tertawa,
Sungguh ejekan adalah teriakan mereka,
Mengapa tetap saja tiada percaya?

Jangan bertanya!
Tuh lihat gunung batuk seketika,
Lendirnya membakar dunia dan jiwa,
Dahaknya merayap menghanguskan tawa,
Mengapa tetap saja tiada percaya?

Jangan bertanya!
Tuh dengar gemuruh tsunami menggema,
Berjalan tiada malu dirasa,
Menginjak  nginjak habis kecerobohan manusia,
Ia tiada sesal tiada duka,
Baginya adalah mulia menindas durjana,
Mengapa tetap saja tiada percaya?

Jangan bertanya!
Jika topan berlari sekencang  kencangnya,
Ia menari  nari di angkasa,
Sampai mabuk melanda dunia,
Tuh dengarkan kehkehan tawanya,
Ia senang menari  nari hingga tiada lagi yang tertawa,
Mengapa tetap saja tiada percaya?

Jangan bertanya!
Jika gempa di bumi bergoyang  goyang bahagia,
Hingga manusia tiada berdaya,
Karena goyangan maut sang dunia,

Oh Allah,
Kami percaya,
Kami percaya,
Kami percaya,
Kami percaya,
Jawab sang manusia sebagian,

Oh Allah,
Kami per ……. per ……
Kami per ……. per ……
Kami per ……. per ……
Jawab sang manusia kebanyakan,
Lidah tak berdaya mengucapkan,

Oh Allah,
Mungkinkah ini saatnya,
Bukan lagi kita bercanda,
Tuh lihat pohon kelapa,
Lunglai tiada bertenaga,
Lemas melihat kedurhakaan,
Kebejadan,
Keaniayaan,

Oh Allah,
Bosan rasanya kumelihatnya,
Cape sudah ku mendengarnya,
Lebih baik ku tertidur menuju pangkuan  Nya,
Daripada harus memeluk si makhluk terkutuk  Nya,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline