Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Aku pun Terbang

Diperbarui: 22 April 2016   23:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Bunga kapas by phone camera lenovo pribadi, lokasi Hongkong"][/caption]

Di ranjang pengantin kulepas perawan
harapku peroleh madu yang tak akan habis
dan bergelut dalam kenikmatan
harapku tak pernah sirna

Madu hanya sebulan
pahit pun mulai terasa
seolah sepah yang siap dibuang
seperti hambar untuk dirasa

Tak ada lagi yang membuat gairah
aroma melati berganti bawang putih
bunga di ranjang pengantin pun tak bercerita
tinggal hanya sebagai bumbu dalam pertengkaran

Gaun indahku pun hanya pajangan
sekali kali kubuat menghapus air mata
dan aku menagisinya dengan derita
lalu adakah yang mampu menjawabnya

Aku pun sadar
aromaku pun bukan aroma pengantin
bodyku pun bukan aduhai
sementara pundi pundi tak mencukupi

Aku bertikai dengan perjuangan
mempertahankan sesuatu yang sulit
di satu sisinya aku ingin menopang
di sisi lain aku terbuang

Aku pun terbang dengan sayap patah
hinggap di tempat kegersangan
terhempas di tanah tak berhuma
ya aku dalam perjuangan

Seketika aku terluka
ranting kering pun menyakitiku
aku mencoba menguatkan sayapku
hingga aku mampu mencapai tujuan

Akhirnya aku terbang
dengan memory ranjang pengantin yang tersakiti
bulan madu yang terkhianati
oleh keadaan yang tak kuingini

Aku pun terbang
pada persinggahan yang tak kuduga
aku di sini
mengubur masa yang penuh luka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline