Lihat ke Halaman Asli

Masih mau jadi Pemalas ? Lihatnya Semangatnya Panti Asuhan Bina Siwi

Diperbarui: 29 Maret 2020   13:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu,20 Desember 2015 di balai komplek Sendang Sari, Desa Pajangan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta kami rombongan TPA (Taman Pengajian Anak-Anak ) Masjid Al-Hidayah Papringan, Caturtunggal, Depok, Sleman terkejut ketika melihat penampilan-penampilan dari panti asuhan Bina Siwi yang notabene adalah anak-anak berkebutuhan khusus atau difabel seperti, tuna rungu, tuna wicara, graita (daya fikir kurang) dan tuna daksa (keterbatasan gerak motorik) melakukan unjuk kebolehanya, seperti memainkan alat-alat rebana, di lanjutkan dengan penampilan rombongan gamelan dan juga penampilan group band yang semunya bisa menampilakanya dengan maksimal seperti manusia pada umumnya. Padahal awalnya kami ragu tetapi seketika mereka malakukanya baru kami bteul-betul terpukau dengan aksi dan penampilan dari mereka.
Panti asuhan yang berdiri sejak tahun 1989 ini dan awalnya adalah pendidikan, pada awal tahun 1993 panti ini belum mempunyai tenaga pengajar, selanjutnya pada tahun 2000 panti ini melakukan kerja sama dengan pemerintah desa, dan di tahun 2009 lah panti ini sudah mempunyai gaya yang berbeda dalam sistem pendidikanya dibandingakan dengan tahun-tahun sebelumnya. Panti ini terdiri dari 36 anak-anak difabel dan 9 pengurus, panti yang diasuh oleh ibu Mugiyanti ini sering mendapatkan kunjungan dari instansi-instansi khususnya di wilayah Yogjakarta, baik itu lembaga formal (kampus, Sekolah dll) atau nonformal (Pondok Pesantren, TPA dll). Mereka berkunjunjung dipanti ini dengan tujuan untuk wisata religi serta menyadarkan diri sebagai manusia yang normal, jika dibandingkan dengan mereka yang berkebutuhan khusus.

Tidak cukup sampai disini, panti ini juga memiliki kreatifitas dalam pembuatan sandal, boneka dan hasilnya dijual untuk kebutuhan panti asuhan. Mereka sangat semangat didalam menampilkan kesenian-kesenian mereka dengan kualitas yang bagus.
Anak-anak di panti asuhan ini berlatar belakang dari keluarga kurang mampu, panti asuhan ini memiliki masalah sosial ketika mereka semua belum bisa menerima dirinya yang berbeda dengan manusia pada umumnya. Namun, para pendampingnya sangat semangat untuk mereka, memberikan motivasi, memberi pembelajaran-pembelajaran hidup walaupun kurang mendapatkan perhatian yang cukup dari pemerintah, khusunya pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Panti asuhan ini diberikan dana 50.000/anak, pada hari raya panti asuhan ini diberi bantuan dari kampus-kampus dari ospek-ospek dengan cara mengikutsertakan mereka dalam pentas menari, dan menyanyi, sedangkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, seperti makan, minum dan kebutuhan lainnya mereka mendapatkan bantuan dari donatur-donatur yang bersedian membantu panti asuhan.

Panti asuhan Bina Siwi berkerjasama dengan pemerintah desa dalam operasionalnya dalam mengetasi penyakit yang diderita seperti tunarungu, wicara, graita(daya fikir kurang), tunadaksa (keterbatasan gerak motorik). Pembiayaan untuk mencukupi kebutuhan dilakukan berbagai cara yakni bekerjasama dengan pihak rumah sakit jika ada yang tidak enak badan.
Bentuk pembelajaran anak yang diterapkan:
1. Mampu didik: bisa belajar, biasanya usia 14-15 tahun.
2. Mampu latih: tunagraita, anak yang tidak mengikuti pendidikan secara akademik (iQ 25-50).
3. Mampu rawat (idiot): hanya bisa di rawat, tidak bisa dilatih/dididik (iQ 0-25).

Kondisi panti ini satu-satunya yang mengelola anak berkebutuhan khusus (ABK) secara mandiri (dikembangkan potensi meskipun keterbatasan). Pengelolaan panti swasta secara pendanaan masih terbatas, mendapatkan subsidi dari pemerintah desa, upaya yang dilakukan dalam penambahan dana dilakukan berbagai macam keterampilan misalnya, pembuatan telur asin, sovenir, batik, pembuatan kaos dan lain sebagainya.
Kondisi pendidikan panti Bina Siwi ini ada berbagai bentuk penanganan berdasarkan IQ nya:
1. IQ 50-75 mampu dikasih pengetahuan di sekolah yakni Sekolah Luas Biasa (SLB).
2. IQ 25-50 mampu latih mengembangkan diri.
3. IQ 0-25 mampu rawat atau idiot tidak disekolahkan misalkan untuk mandi, makan dan sebagainya masih perlu pendampingan dan komunikasi menggunakan bahasa isyarat.


Jadwal kegiatan yang sering dilakukan adalah disesuaikan dengan bakat anak, ada juga jadwal lain yang digerakkan untuk meningkatkan bakat anak.
Senin: mencatat, menulis, berhitung.

Rabu: kesenian

Jum’at: agama.

Pengurus:
Kepala panti: Ibu Mugiati
Pengasuh: Ibu Jumilah, Pak Sugiman, Ibu Suwanti, Mbak Rini, Mbak Muslimah.

Cerita Pengalaman kunjungan di panti Asuhan Bina Siwi, Bantul, Yogyakarta.

Ucapkan syukur hari ini atau kamu akan menyesalkannya kelak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline