Lihat ke Halaman Asli

Cinta dan Almamater Hijau Tua

Diperbarui: 27 Juni 2024   08:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KKN. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tidak pernah melakukan pekerjaan rumah, tidak pernah membeli keperluannya sendiri, dan tidak pernah menginap kecuali untuk rekreasi. Setiap ketidaktahuannya selalu dimaklumi, dan setiap kesalahannya selalu dimaafkan. Sepanjang 21 tahun, seperti itulah hidupnya.

Dia, Kemala Ayudya.

Kini, gadis yang hidup bak putri Solo itu harus menjalani program KKN. Tidak lama, hanya satu bulan. Namun, apakah dia bisa melaluinya, tidak ada yang tahu. Di hari keempat ini saja, gadis itu sudah terkapar sendirian di kamar dengan alas yang tipis. Dia demam.

Ceklek!

"Mala, ayo."

Kemala membuka mata, lalu menoleh dengan lemah ke arah Delia di ambang pintu. "Hm? Udah?"

"Udah. Ayo cepet!"

Dengan sisa-sisa tenaga yang dimiliki, Kemala segera duduk. Dia pun merapikan jilbab dengan lambat, mengambil almamater hijau tua di atas koper dan memakainya, lalu berdiri dan keluar.

Di ruang tamu rumah, sudah ada banyak bapak-bapak yang datang. Mereka berbaju muslim dan memakai peci, duduk bersila mengitari ruangan, serta sedikit mengobrol. Tak lama kemudian, istighosah pun dimulai.

Setelah sekitar 30 menit, tibalah sesi makan-makan. Beberapa teman Kemala pun menyiapkan beberapa lembar daun pisang yang sudah dibersihkan dan meletakkannya di tengah, lalu mulai membagi nasi, ikan goreng, sambal, acar, dan kerupuk di setiap daun.

Sambil menikmati hidangan yang sangat sederhana itu, mereka sedikit mengobrol dan bercanda ria. Hingga, tarhim perlahan terdengar, tanda waktu Isya akan segera tiba. Acara segera diakhiri, dan bapak-bapak tamu pun mulai pamit satu per satu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline