Lihat ke Halaman Asli

Perbedaan Bukan Penghalang untuk Saling Berbagi

Diperbarui: 5 Mei 2017   04:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

   Perbedaan merupakan salah satu penghalang kita untuk berteman ataupun bergabung. Tanpa kita sadari sebelumnya, mengapa Allah menciptakan manusia berbeda-beda? Karena kita diciptakan untuk saling melengkapi. Dengan adanya suatu perbedaan inilah tujuan Allah terlaksana. Dalam film “Bulan Terbelah di Langit Amerika” sedikit tersirat dalam fikiran saya bahwasanya perbedaan bukanlah salah satu penghalang untuk bisa berbagi, menyambung silaturrahim, saling membantu maupun berbagi cerita atau masalah. Yang saya ambil dari film ini tentang *Rihlatul Hubb* atau perjalanan cinta antara kaum adam dan kaum hawa yang berbeda faham atau aliran keagamaannya. ciyeee.... J

   Tahu sendiri kan, setiap orang tua pasti menginginkan anaknya bahagia bersama pasangan yang tidak berbeda jauh dengan keluarganya. Nah, perseteruanpun terjadi anatara anak dan orangtua. Karena ada keterikatan hati yang tak bisa dipisahkan akhirnya si wanita bertekad untuk tetap ingin menikah dengan kaum adam yang berbeda agama. Wanita tersebut memilih menjadi muallaf sebelum dikhitbah dengan membaca syahadat atas izin sang ayah. Akhirnya tanpa restu sang ibu keduanya menikah meskipun dengan deraian air mata. Singkat cerita, si wanita tersebut dikaruniai seorang putri cantik jelita bernama Sarah. Sarah ingin tahu lebih tentang neneknya. Kemudian ibunda Sarah membawanya ke sebuah panti tempat neneknya tinggal. Pertemuan tersebut menyisahkan luka yang sangat mendalam. Sarah tidak diakui sebagai cucu oleh si nenek. Akan tetapi Sarah dan ibunya tidak menyerah untuk selalu menemuinya dan diberi kesempatan untuk mengungkapkan bahwa *aku adalah cucu nenek, putri dari Ibrahim Hussein dan Julia Collins. Meskipun beda agama aku tetap menyayangi nenek seperti nenek pada umumnya.

   Dan pada akhirnya, dalam suatu kegiatan di panti neneknya, Sarah membaca suatu puisi tentang “keberagaman”.  Sebelumnya dia memperkenalkan diri dengan menyebut nama serta agama yang dianut. Dia dan ibunya sebagai muslim di Amerika. Makanya Sarah menyebutkan agamanya. Karena rata-rata disekelilingnya menganut agama Kristen. Akan tetapi Sarah juga mengatakan bahwa nenek saya seorang penganut Kristiani yang taat. “kita hidup dalam keberagaman, tapi kebersamaan juga membentuk kesatuan, itulah yang diajarkan Islam pada kami” ujar Sarah. Nenek Sarah dan ibundanya terharu mendengar perkataannya. Dia juga mengatakan bahwa “mata biru, rambut pirang dan kulit segala warna bisa saling berbagi. Berbagi tawa, berbagi kehidupan. Tak ada kebencian ataupun perang, tak ada yang tersisa kecuali indahnya berbagi kebahagiaan. Inti dari puisi yang disampaikan adalah meskipun nenek berbeda agama, Saras akan selalu menyayangi nenek dan mencintai nenek sepenuh hati Saras. Jadi jangan tinggalkan Saras dan ibu lagi. Kami akan selalu mencintai nenek.

   Isi puisi ini, harapan seorang anak bernama Sarah untuk dunia agar selalu menciptakan kedamaian bukan permusuhan. Menyebarkan kebahagiaan bukan kesedihan, dan menyebarkan cinta bukan kebencian. 

.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline