Lihat ke Halaman Asli

Anjuran dan Pentingnya Musyawarah dalam Kehidupan Bermasyarakat

Diperbarui: 27 November 2021   20:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama : Naili Farikhatul Maulida

Prodi  : Sastra Inggris

Dosen pengampu : Dr. Ira Alia Maerani, S.H., M.H.

Musyawarah merupakan salah satu contoh penerapan sila keempat Pancasila yang berbunyi "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan". Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), musyawarah merupakan pembahasan bersama dengan maksud mencapai keputusan atas penyelesaian masalah. 

Musyawarah dilakukan untuk mencapai sebuah kesepakatan yang disetujui oleh para anggota musyawarah atau bisa disebut dengan musyawarah mufakat. Musyawarah itu penting untuk dilakukan sebelum menentukan sebuah keputusan karena bisa menghindarkan kita dari perselisihan pendapat. 

Indonesia adalah negara demokrasi dimana sebuah keputusan tidak ditentukan oleh satu orang saja, melainkan melibatkan beberapa orang untuk mencapai sebuah keputusan. Jadi musyawarah itu kegiatan yang penting untuk dilakukan sebagaimana terdapat pada prinsip demokrasi yang merujuk pada sila keempat Pancasila.

Selain itu, dalam agama Islam juga dianjurkan untuk melakukan musyawarah sebagaimana dijelaskan pada QS. Ali Imran ayat 159, Allah SWT. berfirman : 

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ 

فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ 

“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.” 

Dalam ayat tersebut mengandung salah satu makna yaitu Nabi Muhammad SAW selalu bermusyawarah dengan kaumnya terutama dalam hal peperangan. Hal ini menjadi anjuran bagi kita untuk senantiasa bermusyawarah, berdiskusi sebelum menentukan sebuah keputusan serta dianjurkan untuk patuh dalam menerima keputusan yang telah disetujui bersama. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline