Nailil Istiqomah dan Sundahri
Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember
Korespondensi : Sundahri.faperta@unej.ac.id
Tanaman karet (Havea brasiliensis Muell. Arg.) menjadi salah satu komoditi perkebunan yang cukup penting di Indonesia. Perkebunan karet di Indonesia sebagian besar terdiri dari perkebunan rakyat (85%), perkebunan swasta (8%) dan perkebunan negara (7%). Perkebunan karet Indonesia tergolong terluas di dunia, akan tetapi produktivitas karet Indonesia masih rendah dibandingkan negara produsen karet lainnya. Rendahnya produktivitas karet disebabkan karena mayoritas dibudidayakan oleh perkebunan rakyat, sementara penggunaan teknologi oleh petani rakyat masih tergolong rendah sehingga menyebabkan produktivitas karet sedikit (Syaher dkk., 2020). Produksi tanaman karet di Indonesia mengalami fluktuasi mulai dari tahun 2018-2022 (BPS, 2023). Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kapasitas produksi lateks seperti jenis varietas, teknik sadap, kebersihan pohon, cuaca dan iklim, peralatan yang digunakan, pendistribusian, bahan kimia yang digunakan, dan struktur lateks (Suherman dkk., 2020).
Metode sadap karet yang diterapkan berhubungan dengan tingkat produksi lateks yang didapatkan. Cara yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan produksi lateks yaitu menerapkan teknologi penyadapan dengan pemberian stimulan. Penggunaan stimulan harus memperhatikan dosisnya karena penggunaan stimulan yang berlebihan meningkatkan resiko KAS. Kering Alur Sadap (KAS) dapat mempengaruhi produksi lateks karena intensitas sadap yang terlalu tinggi dan berlangsung dalam jangka waku lama, sehingga memicu lateks yang dihasilkan tidak sebanding dengan kesanggupan tanaman untuk memproduksi lateks kembali (Aziz, 2021). Oleh karena itu, paper ini dibuat untuk mengetahui jenis stimulan yang tepat untuk meningkatkan produksi lateks.
Produksi lateks dapat ditingkatkan dengan cara pemberian stimulan. Jenis stimulan yang biasa digunakan ada 2, yaitu stimulan anorganik dan stimulan organik.
- Stimulan anorganik (stimulan cair)
Stimulan cair berbahan aktif etefon menjadi salah satu jenis stimulan yang sudah umum dimanfaatkan di perkebunan karet Indonesia (Suherman dkk., 2020). Pemanfaatan stimulan bertujuan untuk memacu produksi lateks dan mengulur waktu aliran lateks. Pemakaian stimulan dilakukan pada tanaman karet yang sudah dewasa, karena jika diberikan pada tanaman yang masih muda dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pemberian stimulan harus memperhatikan beberapa hal seperti waktu pemberian, konsentrasi stimulan yang diberikan dan kondisi tanaman harus sehat serta tidak sedang menggugurkan daunnya (Rokhmah, 2017; Aziz, 2021).
Pengaplikasian stimulan harus memperhatikan dosis yang tepat supaya dapat meningkatkan produksi lateks. Dosis stimulan yang biasanya digunakan yaitu 1 mL/tanaman dengan konsentrasi 2,5% dan diterapkan sebulan sekali (Suherman dkk., 2020). Pemanfaatan stimulan umumnya menggunakan metode groove dan metode bark. Metode ini sering dipakai karena pengaplikasiannya lebih aman dan berhasil daripada metode lainnya. Pemberian stimulan juga harus diimbangi dengan pemupukan supaya tanaman karet tidak mengalami kering alur sadap (KAS).
- Stimulan organik
Stimulan organik merupakan stimulan yang bahan-bahannya berasal dari bahan organik, seperti pemanfaatan buah klimaterik karena mengandung etilen yang tinggi. Pemanfaatan bahan organik seperti buah-buahan klimaterik atau bahan lain yang menyimpan etilen yang digunakan sebagai stimulan dapat menambah nilai ekonomi buah, meminimalisir kerusakan lingkungan dan menekan ketergantungan terhadap input dari luar (Darojat dkk., 2020). Beberapa contoh bahan organik yang dimanfaatkan sebagai stimulan organik yaitu kulit pisang, kulit alpukat, kulit apel dan kulit mangga. Stimulan organik kulit pisang mengandung 0,25% etilen yang dapat memacu produksi lateks dan stimulan organik ini bersifat ramah lingkungan (Syaher dkk., 2020).
Pembuatan stimulan organik diawali dengan menyiapkan 200 gram kulit buah klimaterik yang sudah dicuci dan dihaluskan dengan menambahkan 300 ml air. Kemudian larutan disaring sehingga menyisakan ekstrak kulit buah, kemudian dimasukkan ke botol kaca dan ditutup rapat serta didiamkan semalaman untuk proses fermentasi. Stimulan organik diaplikasikan sebanyak 5 mL/pohon dengan teknik Groove application (Wardana dkk., 2022). Pemberian stimulan dilakukan satu hari sebelum penyadapan dan dilakukan pada pagi hari. Pengaruh stimulan organik masih lebih rendah daripada stimulan berbahan dasar etefon. Faktor yang mempengaruhi reaksi stimulan yaitu kandungan etilen yang ada di dalam bahan stimulan. Kandungan etilen pada saripati kulit buah klimaterik tergolong rendah sekitar 0,01-0,3 ppm.
Dapat disimpulkan bahwa produktivitas karet di Indonesia masih tergolong rendah karena masih banyak petani yang enggan menerapkan teknik penyadapan yang baik. Produksi karet dapat ditingkatkan dengan menerapkan penggunaan stimulan. Pemanfaatan stimulan untk proses penyadapan bertujuan supaya mendorong produksi lateks dan memperlambat waktu aliran lateks. Kelompok stimulan yang dapat digunakan ada 2, yaitu stimulan berbahan dasar etefon dan stimulan organik. Penggunaan stimulan organik masih rendah produsiknya daripada stimulan etefon, akan tetapi stimulan organik memiliki sifat ramah lingkungan.