Lihat ke Halaman Asli

Pembelajaran Daring di Masa Pandemi: Solusi atau Pelarian?

Diperbarui: 13 November 2021   16:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pembelajaran daring bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan, melainkan suatu sistem yang telah ada seiring berkembangnya teknologi. Dunia boleh saja berbicara bahwa semua kehidupan harus beradaptasi dan telah diwarnai dengan teknologi. Akan tetapi, di Indonesia daring masih sangatlah minimalis. Sistem pendidikan yang dianjurkan dan diharapkan dengan media digital atau dalam jaringan masih sangat minim.

Pembelajaran daring atau online kian menggelora sebagai alternatif seiring merebaknya virus corona. Pandemic ini menuntut semua lembaga pendidikan di seluruh dunia tanpa terkecuali untuk menggunakan media digital dalam kegiatan belajar mengajar. Berbagai  lembaga pendidikan berlomba-lomba untuk membuat cara yang paling efektif dalam proses belajar mengajar semaksimal mungkin.

Penetrasi jaringan internet yang belum merata ke semua daerah di Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Kualitas jaringan internet yang sangat rendah akan berdampak pada proses pembelajaran yang “lola” (loading lambat), sehingga mutu pembelajaran menjadi rendah dan sukar dipahami oleh para siswa, mahasiswa, dan lain-lain. Selain itu, kegagapan antara para guru atau  dosen dan mahasiwa dalam mengakses daring. Kegagapan antara keduanya atau salah satu akan membuat kecanduan minimalis. Hal ini yang menghadirkan berbagai ketidakpuasan dan ketidakefektivan dari sistem daring selama pandemic covid 19 dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, pembelajaran daring di tengah pandemic covid 19 ini adalah solusi atau pelarian semata?

 

(Belajar dari (di) Rumah: “Solusi atau Pelarian?”

Lembaga pendidikan dinilai sebagai salah satu sektor yang sangat cepat dalam menanggapi dan mengatasi gelombang penyebaran virus corona. Lembaga pendidikan melakukan reaksi dengan cepat karena dinilai potensial meningkatkan penyebaran virus corona. Lembaga pendidikan dengan basis jumlah peserta didik yang banyak dapat berpengaruh terhadap proses penyebaran Covid-19. Semua sekolah, universitas ditutup sementara. Kegiatan belajar mengajar, perkuliahan senuanya dialihkan ke rumah. Kementerian pendidikan dan kebudayaan pun menerapkan kebijakan sistem belajar dari rumah.

Belajar dari rumah adalah sebuah slogan yang dipakai untuk menolak tuduhan bahwa selama pandemic sistem pendidikan vakum. Belajar dari rumah untuk konteks SD-SMA dianggap sebagai liburan oleh banyak orang. Efektivitas kegiatan belajar mengajar dari pantauan jarak jauh oleh para pendidik dan orang tua berlangsung dipekan awal saja. Padahal belajar di rumah selama pandemic diharapkan tetap produktif belajar, akan tetapi orang-orang justru merasa bebas merdeka dalam belajar.

Pada jenjang Perguruan Tinggi (PT), kebijakan kuliah dari rumah ditopang kuat dengan optimalisasi sarana teknlogi komunikasi. Dari sini, kita biasa mengenal dengan istilah “kuliah online”, kemudian diperkuat lagi dengan istilah “e-learning”. Kuliah online dengan aplikasi “video-conference”, pengiriman tugas, penilaian, bahkan absen pun dilakukan secara virtual-online. Semua mekanismenya diberikan kepada teknologi.

Akan tetapi, fakta dilapangan menyatakan adanya kendala tak terelakkan. Hal ini disebabkan oleh masa lalu proses pendidikan di Indonesia yang masih menjadi momok bagi proses pembelajaran daring. Kita harus menyadari bahwa tidak semua mahasiswa  berasal dari keluarga kelas menengah atas. 

Tidak semua mahasiswa memiliki laptop. Ada yang punya tapi terkendala di jaringan internet. Bahkan ada yang di daerah yang sangat mudah untuk mendapatkan akses internet, tetapi tidak memiliki laptop. Ada juga yang tidak memiliki dua-duanya. Selain itu, kapabilitas dan kreativitas para dosen adalah tuntutan terbesar dalam proses pembelajaran daring. Akan tetapi, keduanya juga membutuhkan akses internet atau koneksi.

Lalu seberapa efektifkah model pembelajaran daring berpengaruh bagi proses belajar para peserta didik atau mahasiswa? Berdasarkan fakta lapangan yang terlihat, intensitas ketertarikan mahasiswa terhadap pembelajaran daring sangat kecil. Intensitas ketertarikan terhadap pembelajaran daring membuat mahasiswa tidak produktif. Beberapa mahasiswa memilih untuk pulang kampung dan berlibur. Tidak ada kuliah. 

Para mahasiswapun kehilangan momen perjumpaan dengan teman-teman dan  dosen tercinta. Seperti tidak ada perkuliahan di semester ini, tuturnya. Kuliah online dianggap menjadi beban bagi beberapa mahasiswa karena harus membeli data untuk bisa hadir dalam perkuliahan dan harus mencari tempat yang baik supaya dapat mengakses internet untuk mendowload-upload tugas perkuliahan

Menurut penulis, pembelajaran daring di masa pandemi adalah sebuah solusi dan juga pelarian. Mengapa demikian? Dapat dikatakan solusi jika pihak sekolah, universitas, atau fakultas memberikan fasilitas yang cukup agar peserta didik dapat mengikuti pembelajaran daring dengan baik dan lancar. Sementara itu, disisi lain dikatakan pelarian jika proses pembelajaran terjadi dalam kebingungan, entah karena skill maupun fasilitas yang seadanya. Pembelajaran online hanyalah judul belaka. Banyak pendidik yang kebingungan, karena tuntutan harus mempelajari macam-macam pembelajaran daring. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline