Lihat ke Halaman Asli

Nailal Ghinna

Mahasiswa

Penyimpangan Perilaku dalam Bermain Roleplay di Media Sosial

Diperbarui: 31 Maret 2024   17:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

freepik

Di era digital saat ini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah paradigma sosial dalam berkomunikasi. Salah satu perkembangan teknologi adalah Internet, dimana Internet menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan masyarakat mulai dari informasi, hiburan dan berbagai sumber atau sarana komunikasi.

 Berbagai media baru seperti website, blog, halaman web, media sosial dll semakin banyak penyebaran informasi di ruang digital. Di era sekarang ini, internet dapat dengan mudah diakses kapan saja dan dimana saja melalui ponsel, komputer, tablet dan lainnya.

Media sosial merupakan platform yang mudah digunakan yang memungkinkan pengguna membuat dan berbagi konten yang memuat informasi, opini, dan minat dalam berbagai konteks seperti informatif, mendidik, satir, dan kritis untuk khalayak yang lebih luas. Pengguna media sosial dapat membuat profil pribadi, menambah teman atau pengikut, dan bergabung dengan grup atau komunitas berdasarkan minat.

Beberapa tahun belakangan ini telah ramai diperbincangakan di seluruh platform media sosial tentang Roleplay atau bisa disebut juga dengan permainan bermain peran. Bermain peran (role-playing) adalah suatu kegiatan di mana individu atau kelompok mengambil peran fiksi atau karakter tertentu dan bertindak sesuai dengan kepribadian, karakteristik, dan tujuan dari karakter yang bermain peran tersebut. 

Dalam permainan tersebut, peserta seringkali menempatkan dirinya dalam berbagai skenario atau cerita yang telah ditentukan dan berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan sesuai dengan perannya. Media sosial telah menjadi jalan bagi para role player. Pada dasarnya platform media sosial apa pun bisa digunakan. Namun berdasarkan penelitian media sosial yang lebih sering digunakan role player yakni Twitter, Telegram, Instagram dan Facebook.

Biasanya yang bermain roleplay ini meraka adalah penggemar atau fans dari selebriti atau idol. Interaksi antara penggemar dan selebriti memunculkan fenomena baru yaitu peniruan penggemar, secara singkat role-playing sebagai fenomena yang memungkinkan para penggemar berperilaku dan bertindak menggunakan identitas role-playing mereka sebagai selebriti idolanya. 

Peniruan identitas penggemar membuat akun media sosial dengan nama pengguna yang mirip dengan nama pengguna artis/idolanya. Ditambah lagi, mereka men-tweet seperti artis/idola mereka. 

Dengan kata lain, identitas yang ditampilkan bukanlah identitas sebenarnya dari selebriti tersebut, melainkan identitasalternatif yang kemudian disebut dengan role player. Pengguna tidak boleh mengungkapkan identitasnya kepada publik. Permainan ini biasanya didominasi oleh kalangan remaja.

Beberapa factor mengapa seseorang bermain Roleplay. Roleplay adalah tempat yang bagus untuk membicarakan apa pun dan biasanya menyenangkan, jadi seseorang menggunakan permainan peran untuk menghilangkan stress dan hanya untuk bersenang-senang dan mengisi waktu luang. 

Meskipun roleplay di media sosial sering kali dimaksudkan sebagai cara untuk berinteraksi dengan orang lain dengan cara yang kreatif dan menyenangkan, terdapat berbagai potensi masalah penyimpangan pada perilaku yang terjadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline