Lihat ke Halaman Asli

Ki Hadjar, Hakikat Pendidikan dan Merancang Jalan Kebahagiaan

Diperbarui: 18 Februari 2019   18:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Istri saya, waktu SD dulu, pernah stress dan tidak percaya diri karena mendapat nilai 70. Saya pribadi tidak bisa membayangkan stress karena nilai pada usia tersebut; usia dimana saya masih suka mencoret-coret tembok dan makan krayon.

Suatu malam kawan saya Petra mengirim sebuah puisi berbahasa inggris dan 5 pertanyaan terkait dengan puisi itu. Saya menjawab semua pertanyaan dari buku kelas 4 SD milik murid privat Petra itu dengan mudah. Ia setuju dengan semua jawaban saya karena sesuai dengan apa yang ia ajarkan. Ia mengaku hanya butuh second opinion dari soal yang telah diberi nilai itu, karena 2 dari 5 pertanyaan itu disalahkan oleh sang guru sekolah.

"Maminya ngamuk nih, gak terima anaknya dikasih nilai 60. Besok katanya mau dateng ke sekolah buat ketemu sama gurunya." Petra menjelaskan.

"Kasian gurunya." Kata saya.

"Anaknya yang lebih kasian. Diomelin sama maminya sampe nangis sesenggukan. Dihukum suruh cuci piring."

"Kalau maminya yakin jawaban anaknya salah, buat apa dateng ke sekolah?"

"Kayaknya dia belum yakin."

"Kalau belum yakin salah, kenapa anaknya diomelin dan dihukum? Saya gagal paham."

"Nah itu dia."

"So, we agree on one thing here." Saya mengakhiri.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline