Lihat ke Halaman Asli

Fenomena "Flexing" Di Media Sosial: Banyak Orang Yang Memamierkan Kekayaan Gaya Hidup Mewah, Dan Barang- Barang Branded Di Media Sosial

Diperbarui: 10 Oktober 2024   08:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Flexing, atau pamer harta dan kekayaan, merupakan fenomena yang semakin sering

 Tanggapan terhadap flexing ini beragam, namun secara umum dapat dibagi menjadi beberapa sudut pandang:

 Positif:

* Motivasi: Bagi sebagian orang, flexing isa menjadi motivasi untuk bekerja ebih keras dan mencapai kesuksesar finansial.

 * Apresiasi kreativitas: Beberapa bentuk lexing melibatkan kreativitas dar estetika yang tinggi, sehingga bisa dinikmati sebagai sebuah karya seni.

 Negatif:

* Konsumerisme: Flexing seringkali mendorong konsumerisme yang berlebihan dan menghamburkan uang.

 * Perbandingan sosial: Melihat orang ain flexing dapat memicu perasaar ir dan tidak puas diri pada orang lain. * ilai-nilai materialisme: Flexing cenderung menonjolkan nilai-nilai materialisme dan mengabaikan aspek-aspek lain yang lebih penting dalam hidup, seperti hubungan sosial, esehatan, dan pengembangan diri * Pemborosan: Dalam beberapa kasus, flexing melibatkan pemborosan sumber daya yang seharusnya bisa digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat.

 Sebagai individu, kita perlu bijak dalam menyikapi fenomena flexing: * Fokus pada diri sendiri: Jangan membandingkan diri dengan orang lain. Setiap orang memiliki perjalanan hidup yang berbeda. Nilai-nilai yang lebih penting: Ingatlah ahwa kebahagiaan tidak hanya ditentukan oleh harta benda, tetapijuga oleh hubungan sosial, kesehatan, dan kepuasan diri. * Konsumsi yang bijak: Belanjalah sesuai dengan kebutuhan, bukan keinginan semata. Berikan apresiasi yang tulus: Jika ingin nemberikan apresiasi, lakukan dengar tulus dan tidak berlebihan.

 Kesimpulan

Flexing adalah cerminan dari nilai-nila yang dianut oleh suatu masyarakat. enting bagi kita untuk memiliki pandangar yang kritis terhadap fenomena ini dan idak terjebak dalam perbandingan yang tidak sehat. Mari kita fokus pada hal-hal yang lebih bermakna dalam hidup dan membangun masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline