Lihat ke Halaman Asli

Mengetahui Hadits Ahad Maqbul: Shahih dan Hasan

Diperbarui: 29 Desember 2021   22:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Yang di maksud dengan hadis adalah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan yang bersandar pada Nabi Muhammad SAW. Hadits juga merupakan sumber hukum ke-2 setelah Al-Qur'an. Terdapat dua jenis hadits, ada yang disebut hadits Ahad Maqbul atau diterima dan Mardud atau ditolak. Hadits Ahad Maqbul terbagi menjadi yaitu Hadits Shahih dan Hadits Hasan (Shiddieqy, 1977:376).

Pengertian dan Kriteria Hadits Shahih

Secara etimologis shahih merupakan lawan kata saqim (sakit). Sedangankan menurut istilah dalam ilmu hadits shahih merupakan hadits yang berhubungan atau bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh perawi yang adil, dhabith, serta ang diterima dari prawi yang berkualitas sama dengannya sampai pada akhir sanad tidak syadzdan dan juga tidak berillat (Yuslem, 2001:219). Kriteria hadits shahih mempunyai syarat sebagai berikut :

  1. Bersambung-sambung sanadnya
  2. Sejahtera dari keganjilan
  3. Sejahtera dari illat
  4. Senua perawinya adil
  5. Semua perawinya dhabith (Shiddieqy, 1976:110)

Menurut istilah para ulama hadits, tingkatan hadits sahih berkaitan dengan kualitas para perawi atau sanad suatu hadits, jalur sanad yang dianggap para perawinya paling shahih berdasarkan kesempurnaan pemenuhan syarat-syarat keshahihan suatu hadits (Yuslem, 2001:223).  Berikut tujuh tingkatan hadits shahih :

  1. Hadis yang disepakati oleh Bukharidan Muslim.
  2. Hadis yang diriwayatkan oleh Bukharisaja.
  3. Hadis yang diriwayatkan oleh Muslimsaja.
  4. Hadis yang diriwayatkan sesuai dengan persyaratan Bukharidan Muslim.
  5. Hadis yang diriwayatkan menurut persyaratan Bukhari.
  6. Hdits yang diriwayatkan menurut persyaratan Muslim
  7. Hadis shahih menurut Imam-Imam hadis lainnya yang tidak mengikuti syarat Bukharidan Muslim, seperti Ibn Khuzaimahdan Ibn Hibban.

Hadits shahih dibagi dalam beberapa macam, antaralain :

  1. Shahih lidzatihi : merupakan hadits yang melengkapi setinggi-tinggi sifat yang lurus dan mengharuskan kita menerimanya.
  2. Shahih lighairihi : merupakan hadits yang tidak sempurna padanya setinggi-tingginya sifat yang  mengharuskan kita menerimanya. Atau khabar yang didapati padanya kekurangan dari martabat shahih, kemudian didapati banginya sesuatu yang menutupi kekurangan itu, seperti banyak jalannya. Semisal perawiny adil tetapi memiliki kekurangan pada ingatannya, maka jika ada jalan lain yang menguatkannya menjadilah dia shahih karena yang selain itu, seperti banyak jalannya (Shiddieqy, 1976:111). Hadits shahih lighairihi merupakan hadits hasan lidzatihi apabila diriwayatkan melalui jalan yang lain oleh perawi yang sama kualitasnya atau yang lebih kuat daripadanya (Yuslem, 2001:225). Disebut dengan hadits shahih lighairihi karena keshahihannya tidaklah berdasarkan pada sanadnya sendiri, tetapi berdasarkan pada sanad lain  yang sama kedudukannya dengan sanadnya atau lebih kuat sanadnya.

Pengertian dan Kriteria Hadits Hasan

Sejarah pertumbuhan hadis hasan dan permulaan ulama yang memakai istilah hadis hasan. Sebagaian hadis mencapai syarat-syarat yang tertinggi dari syarat-syarat yang menerimanya, sedang sebagian yang lain tidak mencapai yang demikian itu. Hasan pada lughat: yaitu adalah yang dirindui nafsu dan yang disenanginya (Shiddieqy, 2976:162). Pengertian hasan secara etimologis merupakan sifat musyabbahah, dalam artian Al-Jamal yang berarti indah bagus. pengertian hadits hasan menurut istilah tercakup dalam beberapa definisi, antara lain :

  1. Menurut At-Thirmidzi, hadits hasan merupakan hadits yang diriwayatkan dan tidak terdapat pada sanadnya perawi yang pendusta, dan hadits tersebut tidak syadz, serta diriwayatkan pula dari jalan yang lain.
  2. Menurut At-Thahhan adalah definisi yang dikemukakan oleh Ibn Haajjar, bahwa hadits hasan merupakan hadits yang sanadnya bersambung dengan periwayatan perawi yang adil, ringan atau kurang keshabitannya, dengan kualitas perawi yang sama sampai keakhir sanad, tidak syadzdan, dan tidak ber'illat.
  3. Para Ulama Hadits meriwayatkan kriteria hadits hasan sama dengan hadits shahih, tetapi pada hadits hasan terdapat perawi yang tingkat ke dhabitannya kurang atau lebih rendah dari perawi pada hadits shahih. maka dari itu Ibn Hajjar menegaskan bahwa hadits hasan merupakan hadits shahih yang perawinya memiliki sifat dhabit lebih rendah dari hadits shahih.

Sehingga dapat dikatakan kriteria hadits hasan sebagai berikut :

  1. Sanad haditsnya bersambung
  2. Memiliki Perawi yang adil
  3. Perawinya memiliki sifat dhabith, tetapi kedhabithannya lebih rendah atau kurang dari perawi hadits shahih.
  4. Hadits yang diriwayatkan tersebut tidak syadz, dapat diartikan bahwa tidak menyalahi riwayat perawi yang lebih tsiqat dari padanya.
  5. Hadits yang diriwayatkan tersebut selamat dari 'illat yang merusak.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline