Lihat ke Halaman Asli

Nailah Putri Syafii

Mahasiswa Kedokteran Universitas Airlangga

Bijak Dalam Menggunakan Media Sosial, Kebebasan Berpendapat VS Ujaran kebencian

Diperbarui: 3 Desember 2024   23:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Era globalisasi tak lepas dari perkembangan teknologi yang cukup pesat, terutama dalam perkembangan teknologi komunikasi. Dari tahun ke tahun, selalu ada inovasi baru yang diciptakan untuk memudahkan manusia dalam memperoleh informasi dan menjalin komunikasi. Saat ini, berita terbaru dari negara manapun dapat diakses dengan mudah melalui internet. Komunikasi beda kota bahkan negara dapat terjalin melalui berbagai media sosial yang ada. Kita juga dapat mengekspresikan berbagai perasaan dan pendapat kita melalui media sosial.

Media sosial dirancang untuk membantu orang terhubung secara digital dengan teman-temannya. Beberapa contoh platform media sosial yang ramai digunakan di Indonesia antara lain adalah Instagram, TikTok, Facebook, X, dan YouTube. Media sosial tersebut banyak digunakan untuk menjalin komunikasi digital satu sama lain. Berbagai konten menarik pun dapat kita jumpai di platform tersebut. Masing-masing individu memiliki kebebasan dalam mengakses teknologi ini. Umumnya, pengguna media sosial berasal dari kalangan remaja dan dewasa usia produktif.

Melalui internet, kita dapat mendapatkan berbagai manfaat seperti informasi mengenai berbagai hal penting yang terjadi dan pengetahuan yang terus berkembang dari masa ke masa. Apabila memiliki minat dalam kewirausahaan, media sosial dapat menjadi ladang dalam merintis bisnis dan mengumpulkan pundi-pundi uang. Kita juga bisa mendapatkan teman baru dan relasi melalui media sosial ini.

Sayangnya, penggunaan media sosial tak selalu berdampak baik. Kebebasan yang didapatkan dalam mengakses media sosial kerap disalahgunakan oleh beberapa pihak. Mulai dari konten yang tidak sepantasnya, adu mulut antara pihak satu dengan lainnya, hingga ujaran kebencian pada seseorang. Banyak orang yang bersembunyi di balik kata kebebasan berpendapat, padahal pendapat yang diutarakan mengandung unsur kebencian. Hal ini sering kali terjadi dan berujung pada pada kasus pembullyan. Banyak kasus sederhana di zaman sekarang bisa menjadi besar hanya karena viral di media sosial dan berujung menjadi samsak kebencian masyarakat pengguna media sosial.

Kebebasan berpendapat adalah kebebasan setiap orang dalam menyampaikan pendapat. Kebebasan berpendapat ini dapat disalurkan melalui lisan maupun tulisan. Contohnya adalah kebebasan untuk mengawasi atau mengkritik kebijakan pemerintah. Hanya saja, banyak orang yang masih belum memahami sepenuhnya mengenai kebebasan berpendapat. Kebebasan berpendapat dalam konteks demokrasi dimaksudkan untuk menciptakan suasana dimana setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk berkontribusi dan memengaruhi kebijakan publik demi kepentingan bersama. Dalam konteks hak asasi manusia, kebebasan berpendapat memungkinkan individu untuk mengemukakan pandangan opini mereka tanpa takut akan tindakan balasan atau hukuman dari pemerintah. Dari sini, dapat kita pahami jika kebebasan berpendapat dapat dilakukan dalam lingkup 'negara dan pemerintahan' secara umum.

Akan tetapi, banyak orang yang mengemukakan pendapatnya yang menyudutkan salah satu pihak saja. Pendapat yang diberikan pun berupa kritikan berisi kebencian. Hal ini tentu saja berkebalikan dengan ruang lingkup kebebasan berpendapat yang seharusnya. Jika pendapat tersebut ditujukan kepada salah satu individu saja, hal ini bisa digolongkan sebagai ujaran kebencian. Apalagi jika pendapat tersebut mengenai hal personal dari seseorang seperti bentuk fisik dan perilaku seseorang.

Menurut saya pribadi sebagai seorang mahasiswa dalam menyikapi hal ini, salah satu solusi yang bisa dilakukan dengan mudah adalah menggunakan media sosial dengan bijak. Hal sederhana ini bisa dimulai dari diri sendiri. Kita harus pintar memilah konten apa yang kita butuhkan, konten apa yang bisa kita ciptakan, hingga sikap dan komentar di media sosial yang kita lakukan. Karena sejatinya, media sosial itu selalu sama hakikatnya sejak diciptakan. Media sosial dirancang untuk mempermudah urusan manusia. Hanya saja, para pengguna yang sering menyalahgunakan media sosial itu sendiri. Karena itu, bijak dalam menggunakan media sosial sangat penting untuk dilakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline