Lihat ke Halaman Asli

Realita Mahasiswa Masa Kini

Diperbarui: 9 Juni 2019   16:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Salah satu generasi penerus bangsa Indonesia adalah para mahasiswa. Mahasiswa dianggap mampu dalam menyikapi permasalahan untuk keberlangsungan negara ini. Banyak harapan rakyat bahwa mahasiswa adalah sebagai pelopor, pelaku dan penggerak dalam perubahan kondisi sosial negeri ini.

Namun, pada kenyataan yang ada saat ini kegelisahan muncul bahwa mahasiswa jaman sekarang berbeda dengan mahasiswa jaman dahulu. Dulu ketika mendengar nama mahasiswa, maka orang akan berdecak kagum dan iri.

Mahasiswa dahulu memiliki sifat kritis dan yang tak dapat dibendung. Menyampaikan aspirasi untuk membela rakyat dengan tindakan aksi yang solutif.

Lalu, bagaimana dengan mahasiswa jaman sekarang yang katanya "agent of change"?. Menurut saya, kondisi mahasiswa saat ini sangat jauh dengan kondisi mahasiswa jaman dahulu. Mungkin disebabkan mahasiswa sekarang sudah terjerumus dengan kondisi perkembangan arus budaya tanpa selektif untuk memilahnya terlebih dahulu.

Sosial media merupakan kebutuhan primer mahasiswa jaman now. Era keterbukaan informasi membuat tiap generasi millenial tidak dapat jauh dengan gadget pribadinya. Namun, hal ini lah yang membuat lemahnya ciri khas mahasiswa yang kritis, idealis, dan akademis dalam kehidupan masyarakat.

Mahasiswa sekarang hanya bisa mengkritisi tanpa memberi solusi serta menjadikan aksi demonstrasi sebagai gaya semata tanpa mengambil esensi yang tersirat. Sosial media hanya dijadikan topeng dibalik suara dan teriakan yang diberikan. Aktif mengkritisi melalui sosial media untuk mendapatakan pengakuan dan apresiasi tapi, pada faktanya apatis di dunia nyata.

Lalu, inikah fungsi dari ketersediaan teknologi yang canggih bagi mahasiswa? Harapan untuk meningkatkan kualitas tetapi berbalik arah menjadi menurunkan kualitas.

Mahasiswa yang dulunya dianggap sebagai akademisi yang memiliki pendidikan lebih, nyatanya belajar hanyalah sebuah ajang formalitas dan titip absen adalah sebuah identitas.

Nilai dan ijazah adalah tujuan akhir dari mahasiswa masa kini dan enggan menegok rakyat yang membutuhkan bantuan. Beban skripsi dan tugas akhir dilalui sembari cangkruk di warung kopi karena ada "joki" yang siap dibayar untuk mengerjakan.

Seruan jargon yang sudah tidak asing lagi didengar oleh seluruh mahasiswa Indonesia, "HIDUP MAHASIWA!" hanyalah sebuah seruan fana tanpa memahami dan memaknai apa arti mahasiswa sesungguhnya. Mahasiswa kini berulang kali menyuarakan namun tidak berbuat apa-apa.

Hilangnya idealisme mahasiswa dan dukungan masyarakat membuat mahasiswa seperti kehilangan arah. Momentum-momentum seperti reformasi pun manjadi kehilangan jiwanya. Reformasi dan mahasiswa seperti berjalan sendiri-sendiri. Tidak ada yang mengawal reformasi, sehingga reformasi seperti kehilangan arah dan kebablasan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline