Lihat ke Halaman Asli

Naila Hanifah

Mahasiswa

Menuju Gaya Komunikasi Baru di Era Digital

Diperbarui: 6 Desember 2022   15:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sepertinya sudah mulai ditinggalkan dalam berkomunikasi. Banyak masyarakat indonesia yang mempunyai cara tersendiri untuk memberikan suatu informasi. Banyak anak muda masa kini yang berkomunikasi menggunakan bahasa asing, yaitu bahasa inggris. Ditambah lagi penggunaan media sosial untuk memudahkan manusia saling berkomunikasi secara daring. Lantas apakah efektif berkomunikasi via daring ? Apakah semua orang mengerti jika kita menggunakan bahasa asing dalam berkomunikasi ?


Komunikasi merupakan proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap dan perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media (Effendy : 2015). Secara garis besar, komunikasi bertujuan untuk mentransfer informasi dari fikiran seseorang ke orang lain. Dalam berkomunikasi, kita memerlukan suatu jembatan agar informasi yang disampaikan bisa diterima oleh pihak lain, maka jembatan itulah yang disebut dengan bahasa.


Pada dasarnya, segala sesuatu yang kita temui saat ini bertujuan untuk memudahkan segala urusan manusia. Teknologi yang sedang marak seperti video call bertujuan untuk memudahkan manusia berkomunikasi tanpa harus bertemu langsung. Sebagai contoh, anak-anak sekolah bisa bertemu dan belajar dengan gurunya tanpa harus bertemu secara langsung. Komunikasi via daring ini terus berkembang dan mulai marak digunakan semenjak pandemi pada awal tahun 2020. Aplikasi berbasis komunikasi daring pun cukup beragam, seperti Zoom, Google Meet, dll. Sehingga teknologi ini bisa membuat manusia lebih produktif.


Bicara soal produktif, manusia ditakdirkan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk terus berusaha sepanjang hidupnya hingga pada akhirnya manusia akan mendapatkan balasan atas hasil usahanya. Seiring berjalannya waktu, komunikasi secara daring ini terus dimanfaatkan manusia untuk belajar, salah satunya untuk belajar bahasa asing. Dilansir Encyclopaedia Britannica (2015), Bahasa Inggris yang berasal dari negara Inggris merupakan bahasa yang dominan di sebagian negara di dunia. Bahasa Inggris juga merupakan salah satu bahasa internasional. Menurut Bobo.id, Bahasa Inggris menjadi bahasa yang paling banyak digunakan dengan jumlah penutur sebanyak 1,13 miliar. Bahkan ada lebih dari 60 negara yang menggunakan bahasa ini sebagai bahasa nasional atau bahasa resmi.


Dari data tersebut, pastinya kita dapat menyimpulkan bahwa jika kita menguasai Bahasa Inggris maka makin banyak juga manfaat yang bisa kita dapatkan. Dalam konteks ilmu pengetahuan, kita bisa mendalami ilmu dari artikel dan buku-buku berbahasa inggris. Namun, saat ini terjadi fenomena dimana banyak masyarakat yang mencampurkan Bahasa Indonesia dengan Bahasa Inggris saat berkomunikasi baik itu secara daring maupun luring. Lantas mengapa fenomena ini bisa terjadi ?


Dalam sosiolinguistik, makin sering eksposur masyarakat dengan budaya dan orang asing, maka makin terbiasa pula mereka untuk berinteraksi dengan bahasa internasional (dalam hal ini Bahasa Inggris) yang sering, tapi tidak selalu, dicampur dengan bahasa ibunya.
Menurut Hanan, Salah satu faktor yang membuat fenomena ini terjadi adalah daerah yang ditempati masyarakat tersebut memiliki akses dan sumber daya menuju kebudayaan populer dan pengetahuan internasional dari interaksi intensif dengan sentra niaga, industri kreatif, dan pendidikan maju yang terkonsentrasi di wilayah ini. Contoh paling familiar adalah fenomena ini terjadi di wilayah Jakarta Selatan. Kota Administratif Jakarta Selatan memiliki corak sosial dan ekonomi yang mendukung terbentuknya lingkungan masyarakat yang lebih kosmopolitan, ketimbang dengan wilayah kota administratif lain di Provinsi DKI Jakarta.
Bicara persoalan apakah fenomena ini merupakan hal yang efektif dalam berkomunikasi, tentunya tidak bisa terlepas dari pro dan kontra. Seperti contoh diatas, bagi sebagian masyarakat di Jakarta Selatan tentunya penggunaan Bahasa Inggris merupakan hal yang bisa dilakukan. Contohnya, penggunaan konjungsi (kata sambung) dalam Bahasa Inggris seperti which is dapat memudahkan mereka dalam berkomunikasi.


Hingga saat ini, fenomena tersebut dianggap unik dan akhirnya berkembang melalui sosial media. Sebetulnya hal ini memiliki sisi positif dimana membuat kita bisa terus belajar Bahasa Inggris, namun pastikan kita mengetahui lawan bicara kita bisa menggunakan Bahasa Inggris atau tidak, serta pastikan hal ini membawa kita ke arah yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline