Lihat ke Halaman Asli

naila azzahra

Mahasiswa

Konsep Kematangan dan Teori Belajar Behavoristik dan Humanistik

Diperbarui: 7 November 2024   18:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kematangan psikologis adalah perkembangan individu menuju perilaku dewasa yang dipengaruhi oleh faktor biologis dan sosial, serta menentukan kesiapan belajar. Dalam pendidikan, penting mempertimbangkan kematangan agar pembelajaran sesuai tahap perkembangan. 

Teori belajar seperti behavioristik (peran lingkungan), humanistik (pengembangan potensi), dan kognitif (proses aktif belajar) mendukung pemahaman tentang pentingnya kematangan dalam proses pendidikan.


Teori Humanistik dalam pendidikan menekankan pengembangan potensi individu secara utuh, membantu siswa memahami diri dan lingkungannya untuk memaksimalkan bakat dan menghadapi tantangan hidup. 

Pendidik berfungsi sebagai pembimbing yang menanamkan nilai positif dan mendorong kebebasan dalam memilih materi pembelajaran. Beberapa model pembelajaran humanistik mencakup Humanizing of the Classroom (kesadaran diri), Active Learning (pembelajaran partisipatif), Quantum Learning (menggunakan logika dan emosi), dan Accelerated Learning (pembelajaran cepat dengan pendekatan sensorik).


Tokoh-tokoh utama dalam teori humanistik meliputi Abraham Maslow, Carl Rogers, dan Arthur Combs. Maslow menekankan pentingnya konsep diri dalam pendidikan, di mana motivasi individu dipengaruhi oleh lingkungan, sementara trauma dapat menurunkan motivasi. Rogers berargumen bahwa individu memiliki dorongan untuk mencapai potensi tertinggi, dan penghargaan diri dibentuk melalui pengalaman dengan lingkungan. 

Combs menyatakan bahwa perilaku siswa yang kurang baik seringkali disebabkan oleh ketidakcocokan antara metode pengajaran dan minat siswa; oleh karena itu, guru perlu memahami makna pembelajaran bagi siswa untuk mengubah perilaku mereka. Ketiga tokoh ini menekankan pentingnya memahami individu secara utuh dalam pendidikan.


Kolb membagi tahap belajar menjadi empat: pertama, pengalaman konkret, di mana individu mengalami suatu peristiwa tanpa pemahaman penuh; kedua, pengamatan aktif dan reflektif, di mana individu mulai mengamati pengalaman mereka; ketiga, konseptualisasi, saat individu mengembangkan teori atau konsep; dan terakhir, eksperimentasi aktif, di mana individu menerapkan konsep ke dalam situasi nyata. 

Keempat tahap ini menggambarkan proses belajar yang progresif.
Teori belajar behavioristik mempelajari perilaku manusia dengan menekankan hubungan antara stimulus dan respons. 

Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku ditentukan oleh aturan yang dapat diprediksi dan dipelajari melalui pengalaman, di mana perilaku muncul akibat penguatan atau hukuman. Perubahan tingkah laku terjadi melalui interaksi dengan lingkungan, dan belajar dianggap sebagai proses respons terhadap rangsangan yang diberikan, yang dapat diobservasi secara objektif untuk mendapatkan data ilmiah.


Tokoh utama dalam teori behavioristik termasuk John B. Watson, yang menekankan interaksi antara stimulus dan respons yang dapat diamati, serta mengabaikan aspek mental. Ivan P. Pavlov dikenal karena eksperimen kondisioning klasiknya dengan anjing, menunjukkan bagaimana stimulus netral dapat memicu respons terkondisi. B.F. Skinner mengembangkan behaviorisme radikal dengan menekankan pengamatan perilaku dan penguatan, melalui eksperimen dengan tikus di kotak Skinner, yang menunjukkan bahwa perilaku dapat dipelajari melalui interaksi dengan lingkungan.


Teori belajar behavioristik, yang dikembangkan oleh Gage dan Berliner, menjelaskan bahwa perubahan tingkah laku terjadi sebagai hasil dari pengalaman, dengan individu sebagai pihak pasif dalam proses belajar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline