Lihat ke Halaman Asli

Naila alyssa

mahasiswi

Problematika Dakwah Era Disrupsi

Diperbarui: 24 Juni 2024   16:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Problematika Dakwah Era Disrupsi
Oleh: Dr. Syamsul Yakin, M.A & Naila Alyssa
Dosen & Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Topik dakwah terkini meliputi kendala dan tantangan dakwah. Dalam hal ini kendala dalam dakwah adalah keterbatasan khatib dari segi kualitas dan kualitasnya. Keterbatasan alat dakwah, waktu dan tempat dakwah berbeda-beda. Kendala dalam dakwah, termasuk pendanaan. Semua ini memerlukan kepemimpinan dakwah.


Pada saat yang sama, tantangan dakwah adalah para khatib dan mitra dakwah harus berupaya keras. Tantangan dakwah dapat diatasi dengan mencari cara atau cakrawala baru dalam berdakwah saat ini.

Permasalahan dakwah saat ini bertepatan dengan era disrupsi yang sulit diprediksi. Dalam konteks ini, era disrupsi adalah era perubahan besar-besaran di bidang informasi dan teknologi digital yang mengambil alih Mad. Misalnya rusaknya keimanan, tidak menghormati hukum syariah, dan kebobrokan akhlak yang terjadi tanpa diketahui siapa pelakunya.

Para pengkhotbah takjub dengan semakin populernya perjudian online yang telah mencapai total 600 triliun transaksi. Di era disrupsi ini, pemain tidak terlihat, peristiwa terjadi jauh, jauh sekali, dan tidak ada tempat. Masih ada korban. Misalnya ada yang kalah lalu menyerah dan gantung diri.

Untuk mengatasi tantangan dakwah di era disrupsi ini, para mubaligh dan mitra dakwah harus sadar akan literasi digital dakwah. Literasi digital dakwah adalah kemampuan mengakses dan menggunakan media digital untuk berdakwah. Misalnya saja menggunakan media online untuk berdakwah. Membuat konten dakwah yang lebih teknis lagi di media sosial.

Selain itu, kelompok yang ada harus dimaksimalkan untuk menyebarkan tiga pesan dakwah terpenting yaitu keimanan, syariah dan akhlak. Para pengkhotbah tidak boleh berhenti menciptakan dan mempromosikan dunia digital. Dakwah di zaman serba galau ini tidak mengenal kepuasan kata karena hambatan dan tantangan dakwah datang begitu cepat.

Yang perlu dijaga antara lain hubungan baik dan perhatian penuh terhadap kegilaan internet. Kapan pun memungkinkan, tidak ada seorang pun yang meninggalkan grup dengan alasan apa pun. Bisa saja ada mad'u online yang menganggap konten-konten tersebut merugikan gerakan dakwah.

Secara pribadi, para pengkhotbah harus mampu bertahan untuk terus berdakwah di zaman yang penuh kebingungan ini. Oleh karena itu, saya harus bersikap kritis terhadap perkembangan tren atau permasalahan di dunia digital. Solusi alternatif harus disempurnakan (canggih).

Kesimpulannya, di era kebingungan ini, seorang pengkhotbah harus memiliki kecerdasan emosional (EQ), memahami dunia digital dan tantangannya, serta menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk berdakwah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline