Kutipan ikonik dari sosok inspiratif Raden Ajeng Kartini, "Adakah yang lebih hina daripada bergantung kepada orang lain?", seakan terus relevan hingga kini. Ungkapan itu, khususnya menyoroti ketergantungan perempuan pada laki-laki, menjadi cerminan dari perjuangan panjang emansipasi wanita.
Dalam konteks kekinian, di mana perempuan semakin merdeka mengejar mimpi dan ambisi, pesan Kartini masih relevan. Kebahagiaan, sebuah konsep yang universal, seringkali diidentikkan dengan kehadiran sosok pria dalam hidup seorang wanita. Padahal, kebahagiaan sejati adalah sesuatu yang jauh lebih dalam dan kompleks.
Mengapa Kebahagiaan Tak Bisa Dititipkan pada Orang Lain?
Jawabannya sederhana, jadilah rasional. Banyak hal yang mendasari mengapa kebahagiaan tak bisa dititipkan pada orang lain. Sebaliknya, kebahagiaan bisa kita ciptakan sendiri. Jika Anda membutuhkan alasan yang lebih spesifik, maka saya akan memberikannya.
- Ketidakstabilan hubungan. Hubungan antarmanusia, termasuk hubungan asmara, bersifat dinamis dan tidak selalu berjalan mulus. Menggantungkan kebahagiaan pada orang lain terutama pasangan, berarti mengikat kebahagiaan kita pada sesuatu yang tidak pasti.
- Kemandirian. Kemandirian adalah kunci kebahagiaan sejati. Ketika kita mampu memenuhi kebutuhan sendiri, baik secara emosional maupun material, kita akan merasa lebih percaya diri dan berdaya.
- Potensi diri. Setiap individu memiliki potensi yang tak terbatas. Dengan fokus pada pengembangan diri, kita akan menemukan kepuasan dan kebahagiaan yang lebih mendalam.
Cara Membangun Kebahagiaan Sendiri
- Cinta diri. Cintai diri sendiri adalah langkah pertama menuju kebahagiaan. Rawatlah tubuh dan pikiran, serta hargai segala pencapaian yang telah diraih.
- Pengembangan diri. Teruslah belajar dan mengembangkan diri. Pengetahuan baru akan membuka cakrawala dan memperkaya momen dan pengalaman hidup.
- Lingkungan sosial. Bangunlah relasi yang positif dengan orang-orang di sekitarmu. Dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas akan memberikan kekuatan.
- Tujuan hidup. Memiliki tujuan hidup yang jelas akan memberikan arah dan motivasi. Ketika kita merasa hidup kita berarti, kebahagiaan akan datang dengan sendirinya.
Saya sangat menekankan, wanita harus berpikiran rasional. Jadilah sedikit lebih tegas, bangunlah batasan ketat, bermain logika, dan miliki kepandaian dalam mencari pundi-pundi uang. Sebab dunia terlalu kejam untuk perempuan-perempuan lemah lembut, tak melek akan kenyataan dan terlalu menggantungkan dirinya. Selain itu, jangan hanya bersaksi ingin menjadi wanita sukses berkarir dan berjaya, namun setiap hari kegiatan yang Anda lakukan sekedar menangisi kekasih yang Anda jadikan sebagai sumber kebahagiaan.
Jika Anda seorang wanita yang ingin hidup lurus seturut logika, maka lupakanlah terlebih dahulu perkara cinta dan pria. Namun, apabila Anda seorang yang sedang berproses dalam membangun serta menata masa depan, sekalipun jangan pernah membawa cinta masuk ke dalam proses Anda. Demikian pula, jika Anda lebih mengejar cinta dan kebahagiaan sementara, maka terimalah jika dunia karier Anda akan sedikit tertinggal. Kendatipun Anda seorang wanita yang telah stabil dalam finansial serta memiliki karir yang baik, nikmatilah masa-masa lajang Anda dan raih lebih banyak kesuksesan. Jangan terburu-buru dalam berkotmitmen dengan seorang pria, yang bahkan kemungkinan besar ia akan segera meminta Anda untuk meninggalkan semua itu, hingga hidup Anda berubah drastis.
Lalu kembali lagi, kebahagiaan adalah hak setiap individu, dan tidak dapat diukur berdasarkan kehadiran atau tidaknya sosok pria dalam hidup. Namun, bergantunglah pada ilmu pendidikan, skill dan karirmu Dengan membangun kemandirian, mengembangkan potensi diri, dan mencintai diri sendiri, setiap wanita mampu meraih kebahagiaan yang sejati. Mari kita jadikan pesan Kartini sebagai inspirasi untuk terus berjuang dan mencapai segala cita-cita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H