Lihat ke Halaman Asli

naikhumaira

KKN Rekogisi UPI

Kearifan Lokal Bola Leungeun Seneu Kota Sukabumi dengan Pengembangan Ekomuseum

Diperbarui: 25 Desember 2021   16:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok.pri

Seni Main Bola Leungeun Seneu dalam  bahasa Indonesia berarti bola tangan api, merupakan seni dan kebudayaan yang berasal dari Kota Sukabumi, Jawa Barat. Pada saat ini Kesenian Tradisional Bola leungeun seneu atau permainan bola leungeun seneu telah menjadi ikon Kota Sukabumi dan dilestarikan serta dikembangkan oleh sanggar seni Al-Fath (Pondok Pesantren Dzikr Al-Fath Sukabumi). Seni Main Bola Leungeun Seneu menjadi salah satu koleksi museum Museum Prabu Siliwangi yang berada di Komplek Pesantren Dzikir Al Fath Kota Sukabumi. Latar belakang pesantren alfath melestarikan cagar budaya, kearifan lokal yaitu karena pesantren tersebut menganggap warisan budaya tersebut merupakan sebuah amanah dari para leluhur.

Pelestarian Bola leungeun seneu itu sendiri menggunakan konsep ekomuseum. Sesuai pengertiannya, Ekomuseum adalah sebuah museum dinamis dari dan untuk masyarakat lokal dan lingkungannya. Konsep ekomuseum dimaksudkan untuk melindungi dan mengembangkan interaksi antar manusia,dan lingkungan juga masyarakat, dengan material dan spritual budayanya, maka konsep ekomuseum memberikan peluang kepada masyarakat untuk mengembangkan serta mengelola warisan budaya.  Hal itu menunjukkan bahwa konsep ekomuseum melibatkan masyarakat dalam mempertahankan eksitensi dari suatu kebudayaan. Hal tersebut merupakan sebuah dukungan dari pernyataan bahwa kebudayaan akan terus hidup manakala masyarakat mau mempertahankannya. Dalam hal ini berarti Bola leungeun seneu sebagai kearifan lokal berbasis ekomuseum dengan komunitas pengembangnya yaitu sanggar seni pesantren dzikir Al-Fath.

Seni Maen Bola Leungeun Seuneu) ini pada zaman Kerajaan Padjadjaraan dipertunjukan untuk acara-acara penyambutan kedatangan Raja dan upacara-upacara kebesaran dari Kerajaan Padjadjaran yang menonjolkan unsur Seni dan Olahraga. Seni Main Bola Leungeun Seuneu adalah adanya gerakan pencak silat dalam mengawali dan mengakhiri pertunjukan Seni Maen Bola leungeun seneu tersebut. Unsur Olahraga pada Seni Maen Bola Leungeun Seuneu adalah adanya kekuatan Fisik dan Kanuragan.

Berikut Prestasi-Prestasi yang diraih oleh Olahraga Tradisional Permainan Seni Maen Bola leungeun seneu:

  • Penghargaan Disporabudpar sebagai Pelopor dan Pencipta Seni Sunda Maen Bola Leungeun Seuneu (Bola leungeun seneu) yang menjadi Icon Kota Sukabumi pada Tahun 2011
  • Juara 1 Olahraga Tradisi Budaya Se-Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2012
  • 10 Penampil terbaik di tingkat Nasional, Morotai Maluku oleh Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) pada Tahun 2012
  • Juara 1 Seni Budaya Pawai Heleran berturut turut selama dua kali oleh Disporabudpar Kota Sukabumi dari Tahun 2012 -- 2013
  • Juara 1 Olahraga Traditional tingkat Jawa Barat tahun 2013
  • Penghargaan Wali Kota sebagai Pembina Olahraga Masyarakat tahun 2013
  • Juara 2 Olahraga Tradisional tingkat nasional yang di hadiri oleh 84 Negara pada Tafisa World Traditional Sport Tahun 2016
  • Seni Maen Bola leungeun seneu menjadi Daya Tarik Turis Mancanegara di Jejaring Al Fath Family Homestay yang diakses oleh Wisatawan dari berbagai Negara untuk tinggal di Museum Prabu Siliwangi.

Berdasarkan  hasil wawancara dengan Bapak Juanda selaku edukator Museum Prabu Siliwangi Kota Sukabumi, menjelaskan bahwa permainan Bola leungeun seneu diambil dari sejarah kerajaan Padjajaran sekitar tahun 1445  yang dipimpin oleh Prabu Siliwangi. Pada saat itu, terdapat sebuah tradisi untuk setiap prajurit yang hendak bergabung di kerajaan Padjajaran maka wajib menguji kedigjayaan mereka dengan bermain api. Selain para prajurit, dalam legenda kitab suwasit menceritakan adanya harimau putih yang selalu memainkan api.  Kitab suwasit merupakan salah satu koleksi Museum Prabu Siliwangi di Pesantren Dzikr AlFath.  Kitab suwasit merupakan sebuah historiografi tradisi yaitu kitab yang berisikan sejarah turun temurun dari leluhur kepada keturunannya. Bersifat turun temurun karena pemilik dari Museum Prabu Siliwangi yaitu Prof. KH. Fajar Laksana yang merupakan keturunan ke 17 dari Prabu Siliwangi. Oleh karena itu beliau diwarisi benda-benda pusaka, artefak organik maupun anorganik, termasuk kitab suwasit. Ketika dipelajari oleh Prof. KH. Fajar Laksana, isi dari kitab suwasit menceritakan tentang Prabu Siliwangi dari mulai dia di lahirkan, menjadi raja dan sampai dia menghilangnya. Penggambaran kitab suwasit yang menampilkan kehidupan masyarakat sunda di masa lampau dengan berbagai aspek kehidupan dan mencakup unsur-unsur kebudayaan masyarakat. Karena terdapat catatan sejarah tersebut maka tradisi Nyo-Nyoo seneu2 dikembangkan pada tahun 2011 menjadi kearifan lokal yang disebut dengan Bola leungeun seneu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline