Kota Probolinggo yang terletak di Pesisir Pantai Utara sejatinya memiliki Potensi Wisata yang eksotis, tak kalah dengan Kota di Jawa Timur lainya seperti Malang, Batu, Banyuwangi dan Lumajang.Berbagai objek wisata bisa dnikmati dikota ini. Mulai dari Museum Probolinggo, Pantai Mayangan, Taman Wisata Sudi Lingkungan (TWSL) Sampai Objek wisata yang lagi Booming, Bee Jay Bakau Resort ( BJBR ) dan masih banyak objek wisata lainya.
Namun para pelancong seantero Negeri belum banyak yang menyadari akan potensi wisata yang ada di Kota Probolinggo ini. Bisa saja Eksistensi kota dengan ciri Khas Buah Mangga ini masih kalah tenar dengan Kota-kota Sekitar. Bahkan dengan Kab. Probolinggo yang Notabene kompetitor terdekat masih kalah gaungnya.
Menghadapi tantangan Tersebut, Disbudpar Kota Probolinggo menyelenggarakan Event Familiarization Trip ( Fam Trip ). Tujuanya jelas untuk mempromosikan pariwisata dan menggaungkan Visit Probolinggo City. Selain itu juga sebagai moment untuk memperluas relasi dengan berbagai pihak. " dengan adanya event ini, kami ingin memperkenalkan kepada masyarakat, bahwasanya Kota Probolinggo juga memiliki objek wisata yang menarik yang sangat epic untuk dikunjugi". Tutur Bapak Kholid Asrori kepada penulis Selaku Pejabat Disbudpar.
Maka tak salah, panitia mengundang pihak. yang berkecimpung di Dunia Pariwisata, mulai dari Biro Travel, Fotografer, Praktisi Pariwisata, Wartawan hingga Mahasiswa, karena pihak-pihak tersebut sangat berpotensi untuk mempromosikan Pariwisata.
Pihak Disbudpar mengemas acara ini dengan konsep pengenalan selama 2 hari tepatnya tanggal 11 sampai 12 Desember, dimana peserta Farm trip melalui tema City tour diuguhi Destinasi yang memiliki potensi dan menjual pariwisatanya.
Dari City Tour yang diselenggarakan dua hari ini setidaknya penulis memiliki beberapa jurnal terkait Pariwisata di Kota Probolinggo ,
Kedua, Gereja Merah terletak di jalan suroyo Kecamatan Mayangan, gereja yang unik karena hanya ada 2 Di dunia, kembaran satunya ada di Denhag Belanda. Dibangun oleh kolonial Belanda sejak 1863 M. Dengan Sistem Kontruksi Baja termasuk Modern pada zamanya, untuk akses Gereja ini Mudah ditemukan, karena berada disekitar area kompleks penting gedung-gedung Kota. Namun bagi yang belum tau Gereja Merah apalagi warga yang Non Kristen Protestan, tidak akan mengetahui jika Gereja ini juga masuk dalam kategori objek Pariwisata, maka perlu dibutuhkan alat peraga didepan Gereja ini, supaya warga tau jika Gereja ini juga untuk wisata dan tidak sekedar tempat Ibadah.
Kurang lebih 30 Menit penulis
disini sangat dimanjakan dengan keilmuan zaman dahulu, seoalah disuguhi edukasi yang sangat memiliki nilai Histori. Namun tatkala istirahat sambil menyeruput es di warung depan Museum sebuah kejanggalan penulis temui, tepat disamping museum ada sebuah tanah pekarangan, entah apa itu isinya penulis tidak mengetahui secara pasti karena ditutup oleh seng.
Penulis berharap, apabila petakan tanah itu kosong tak berguna, bisa dimanfaatkan sebagai lahan parkir, mengingat saat rombongan fam trip tiba, Parkir bus tidak di area Museum, tapi memakan bahu jalan yang menganggu pengguna jalan lain. Bayangkan apabila yang mengunjungi museum itu rombongan.
Keempat, Jurnal penulis selanjutnya adalah manakala mengunjungi Hand Made Batik Tenggeran, batik ciri khas Kota Probolinggo. Manakala penulis mengunjungi galeri di rumah batik ini, macam jenis coraknya beragam, mengimplementsikan ciri khas dan local wisdom Kota Probolinggo, apalagi menggunakan tehnik batik tulis. Nilai pasaran ekonomisnya tinggi.