Lihat ke Halaman Asli

Wajah Mereka

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir setiap hari kaki ini melangkah di jalanan. Kadang harus naik angkutan untuk menuju tempat tujuan. Setiap harinya tak hanya dua atau tiga orang yang aku temui. Dan hari ini entah orang ke berapa yang aku temui.

Berawal saat tadi aku menaiki sebuah angkot menuju kampusku. Aku duduk di samping pintu. Biasanya aku akan berusaha acuh dan lebih memilih memandang jalanan meski berdebu. tapi entah kenapa tadi aku memandang satu-persatu sosok yang ada dalam angkot itu. Tak ada yang istimewa sebenarnya, hanya ada lima orang di dalam sana. dua diantaranya adalah siswa sebuah sekolah menengah pertama. Lalu satu orang lagi masih sama sepertiku, mahasiswa sebuah universitas negeri yang sedang mengejar jam pagi.

Namun yang menarik hatiku bukanlah tiga orang itu, tapi dua orang yang sedang duduk berbincang santai. Sepasang Ibu dan Anak yang berpakaian ala kadarnya. Mereka membawa tas kecil di pinggang, dan si anak memakai topi berwarna birumuda. Wajah itu bukan wajah yang asing di hari-hariku. Tapi aku sama sekali tak pernah mengenal mereka. Yang aku tahu hanya siapa mereka.

Mereka adalah tukang minta-minta yang setiap harinya aku temukan di depan gerbang kampusku. Kadang mereka hanya meminta-meminta sambil menengadahkan tangan memohon kasihan bagai tangan papa. Dan kadang mereka juga memberi amplop bertuliskan "sedekah untuk membeli makan sehari-hari" atau "sedekah untuk beli buku sekolah" pada orang-orang yang lewat.

Saat awal aku menginjakkan kaki di kampus itu dulu aku begitu iba dan secara suka rela memberi, tapi begitu aku tahu bahwa hidup mereka tak pantas dikasihani, melirik mereka pun kadang enggan.

Mungkin banyak orang yang menganggap mereka itu adalah kaum2 yang lemah, tapi bagiku mereka adalah kaum-kaum yang sama sekali hina. Bagaimana tidak??? Badan yang masih kuat, segar dan sangat mampu untuk dimanfaatkan mereka diamkan hanya untuk meraih koin-koin dari belas kasihan orang. Meskipun di Indonesia begitu banyak pengangguran yang tak kunjung terlepas dari hidup nestapa, tapi bukan berarti mereka semakin menambah jumlah itu. Pemerintah memang tak pernah tegas menanggulangi adanya pengemis di jalanan, jadi banyak orang manja di dunia ini yang memilih jalan mengemis sebagai MATA PENCAHARIAN mereka.

Inilah yang sebenarnya harus kita perjuangkan sebagai penerus Bangsa. punya tujuan hidup agar tak lagi menambah jumlah pengangguran dan kaum2 "Manja" seperti mereka.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline