Lihat ke Halaman Asli

Nanang A.H

Pewarta

Peran Strategis Bimbingan Konseling (BK) untuk Kesehatan Mental Gen Z di Era Digital

Diperbarui: 1 November 2024   20:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi proses belajar mengajar (sumber gambar:Agung Pambudhy/detik.com)

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, Generasi Z (Gen Z) menghadapi tantangan yang sangat berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Tekanan dari media sosial, ekspektasi akademik, hingga ketidakpastian masa depan menjadi beban tersendiri bagi kesehatan mental mereka. Dalam konteks ini, Bimbingan Konseling (BK) di sekolah memiliki peran yang semakin strategis sebagai pendukung kesehatan mental Gen Z, baik melalui pendekatan langsung maupun pemanfaatan teknologi.

Mengapa BK Penting Bagi Gen Z di Era Digital?

BK bukan lagi sekadar layanan untuk membantu siswa menghadapi masalah akademik atau disiplin, tetapi sudah berkembang menjadi dukungan esensial bagi kesehatan mental dan kesejahteraan siswa secara keseluruhan. Di era digital, banyak Gen Z mengalami apa yang dikenal sebagai “digital stress” atau stres digital yang mencakup berbagai masalah seperti kecemasan sosial, ketakutan akan kegagalan, serta depresi akibat komparasi sosial di media sosial.

Laporan dari UNICEF menyatakan bahwa sekitar 10-20% anak dan remaja di seluruh dunia mengalami gangguan mental yang berdampak pada produktivitas dan kualitas hidup mereka. Hal ini membuat kehadiran BK di sekolah menjadi sangat relevan dan penting sebagai pihak pertama yang bisa mengenali serta memberikan pendampingan.

Peran BK dalam Mendukung Kesehatan Mental Gen Z

1. Memberikan Edukasi tentang Literasi Digital dan Kesehatan Mental

BK dapat menjadi sumber utama untuk memberikan edukasi kepada siswa tentang bagaimana mengelola kesehatan mental di era digital. Salah satu pendekatan yang efektif adalah dengan mengenalkan digital detox atau pembatasan penggunaan media sosial. Edukasi tentang dampak negatif dari "scrolling" tanpa batas, pentingnya batasan pribadi, serta cara mengelola ekspektasi sosial dapat membantu siswa menghindari kecanduan dan perbandingan sosial yang berlebihan.

2. Peningkatan Kemampuan Self-Regulation melalui Konseling Individual dan Kelompok

Kemampuan untuk mengatur emosi dan perilaku sendiri atau self-regulation menjadi sangat penting di era digital. BK dapat memberikan sesi konseling yang membantu siswa memahami cara menenangkan diri, berpikir secara rasional, dan menghindari tindakan impulsif yang dipicu oleh tekanan digital. Konseling kelompok juga bisa menjadi sarana yang aman bagi siswa untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan dukungan emosional dari teman sebayanya.

3. Pendekatan Proaktif melalui Wellness Programs di Sekolah

BK tidak hanya berperan secara reaktif terhadap masalah yang sudah ada, tetapi juga perlu menerapkan pendekatan proaktif. Program seperti wellness day, mindfulness workshop, dan seminar kesehatan mental dapat dilakukan untuk menguatkan mentalitas Gen Z dan membantu mereka menghadapi tekanan di dunia digital. 

Beberapa sekolah bahkan mulai berkolaborasi dengan psikolog atau pakar kesehatan mental untuk memberikan pelatihan praktis tentang cara menghadapi stres dan menjaga keseimbangan mental.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline