Fenomena doom spending, atau pengeluaran yang impulsif akibat perasaan stres, kecemasan, atau ketidakpastian, semakin marak di kalangan Gen Z. Generasi yang dikenal sangat akrab dengan teknologi ini, sering kali terjebak dalam gaya hidup konsumtif yang dipicu oleh tekanan sosial, promosi daring, dan kemudahan akses terhadap produk melalui aplikasi belanja.
Sayangnya, perilaku ini memperlihatkan bahwa literasi finansial di kalangan Gen Z masih rendah, sehingga mengakibatkan mereka kesulitan mengatur keuangan dengan bijak.
Menyikapi fenomena ini, peran orang tua, sekolah, dan pemerintah sangat penting dalam membantu Gen Z memahami pentingnya manajemen keuangan yang baik. Artikel ini akan membahas penyebab doom spending di kalangan Gen Z dan memberikan solusi melalui pendidikan finansial yang melibatkan berbagai pihak.
Mengapa Gen Z Rentan Terhadap Doom Spending?
1. Tekanan Sosial dan Gaya Hidup Konsumtif
Media sosial menjadi panggung besar bagi banyak Gen Z untuk membandingkan gaya hidup mereka dengan orang lain. Tren seperti belanja untuk "mood booster" atau "retail therapy" sering dipromosikan oleh influencer yang membuat belanja impulsif terlihat normal.
2. Kemudahan Akses Belanja Online
Platform e-commerce dan aplikasi belanja menawarkan kemudahan dan promosi tanpa henti. Dengan satu klik, mereka bisa membeli apa saja, di mana saja, tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap keuangan mereka.
3. Kurangnya Pendidikan Finansial Sejak Dini
Banyak Gen Z tidak dibekali dengan pengetahuan finansial yang cukup untuk mengelola pendapatan dan pengeluaran mereka. Mereka sering kali tidak paham bagaimana merencanakan anggaran, menabung, atau menginvestasikan uang.
Solusi Mengatasi Doom Spending
Untuk menekan fenomena doom spending, literasi finansial harus menjadi prioritas utama. Di sinilah peran orang tua, sekolah, dan pemerintah menjadi sangat penting dalam memberikan edukasi finansial kepada Gen Z.