Lihat ke Halaman Asli

Nanang A.H

Pewarta

Menyoal Debat Pilkada 2024: Debat Masih Hambar Terkesan Hanya Formalitas

Diperbarui: 10 Oktober 2024   10:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Debat Calon Gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta (sumber gambar: Liputan 6.com)

Debat calon kepala daerah dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2024 yang sedang dilaksanakan di berbagai daerah menjadi salah satu momen penting bagi masyarakat untuk mengenal lebih jauh calon pemimpin mereka. 

Sebagai bagian dari demokrasi yang sehat, debat seharusnya menjadi ajang adu gagasan, visi, dan strategi nyata dari para calon. Namun, pertanyaan yang muncul adalah, apakah debat calon Pilkada 2024 sudah sesuai dengan harapan masyarakat atau justru masih kurang greget dan terkesan hambar?

1. Evaluasi Kualitas Debat Calon: Antara Harapan dan Kenyataan

Bagi masyarakat, debat calon Pilkada menjadi kesempatan untuk melihat sejauh mana kualitas pemimpin yang akan memimpin daerah mereka. Harapannya, debat tersebut mampu menghadirkan diskusi yang mendalam tentang isu-isu penting di daerah, memberikan solusi konkret, serta menyajikan visi dan misi yang realistis dan terukur. Namun, realita di lapangan sering kali berbeda.

- Debat yang Kurang Substantif dan Cenderung Formalitas

Banyak masyarakat mengeluhkan bahwa debat calon kepala daerah  hanya menjadi ajang formalitas belaka. Para calon lebih banyak berbicara dalam lingkup yang umum dan klise, tanpa memberikan rincian tentang bagaimana mereka akan mewujudkan visi mereka. 

Mereka juga sering kali menghindari pembahasan isu-isu sensitif atau masalah konkret yang sedang dihadapi masyarakat, seperti infrastruktur, kesehatan, pendidikan, atau pengangguran. Akibatnya, masyarakat merasa tidak mendapatkan informasi yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan yang tepat saat memilih.

- Minimnya Adu Gagasan, Lebih Banyak Saling Serang atau hanya ajang silaturahmi tanpa perdebatan 

Salah satu masalah yang sering muncul adalah debat yang berubah menjadi ajang saling serang atau saling menjatuhkan lawan. Calon-calon sering kali terjebak dalam retorika dan perdebatan personal, mengabaikan isu-isu strategis yang sebenarnya lebih relevan untuk dibahas. 

Hal Ini membuat debat kehilangan esensi utamanya sebagai sarana untuk menguji kemampuan calon dalam menawarkan solusi dan gagasan yang konkret.

2. Harapan Masyarakat terhadap Debat Calon yang Lebih Berkualitas

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia pada awal 2024, sekitar 65% responden menyatakan bahwa mereka mengharapkan debat calon yang lebih substantif, di mana para calon benar-benar mengupas isu-isu krusial di daerah mereka dan menawarkan solusi yang terukur. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline