Fenomena "Ketindihan Jin": Antara Mitos dan Perspektif Medis
Fenomena yang sering disebut "ketindihan jin" atau "Ketindihan" adalah pengalaman yang kerap dialami oleh masyarakat di berbagai budaya, termasuk di Indonesia. Ketika seseorang merasa terbangun tetapi tidak bisa bergerak, disertai sensasi seperti ditindih oleh sesuatu, banyak yang mempercayai bahwa ini adalah ulah makhluk halus seperti jin atau setan.
Namun, di balik kepercayaan tradisional ini, terdapat penjelasan ilmiah yang menarik dari sudut pandang medis. Apa sebenarnya yang terjadi? Dan bagaimana ilmu kedokteran menjelaskan pengalaman yang menyeramkan ini?
Ketindihan dalam Mitos dan Budaya
Dalam kepercayaan lokal, "ketindihan jin" sering diasosiasikan dengan kehadiran makhluk tak kasat mata. Beberapa orang melaporkan sensasi seperti ditindih makhluk berat, melihat sosok bayangan gelap, atau bahkan mendengar suara misterius.
Di beberapa daerah, pengalaman ini dihubungkan dengan gangguan dari jin, setan, atau arwah gentayangan.
Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Di Eropa, khususnya pada abad pertengahan, pengalaman serupa sering dikaitkan dengan kehadiran "incubus" dan "succubus", makhluk gaib yang dikatakan menyerang orang ketika tidur.
Di Jepang, fenomena ini disebut "kanashibari", sementara di budaya Afro-Karibia dikenal dengan istilah "kokma" atau "hag-riding".
Perspektif Medis: Sleep Paralysis
Dari sudut pandang medis, pengalaman "ketindihan" sebenarnya dikenal sebagai sleep paralysis atau kelumpuhan tidur. Ini adalah kondisi di mana seseorang sadar namun tidak mampu bergerak atau berbicara selama beberapa detik hingga beberapa menit setelah tertidur atau saat bangun tidur.
Kondisi ini umumnya terjadi ketika seseorang berada di tahap tidur REM (Rapid Eye Movement), di mana otak aktif, tetapi tubuh masih dalam keadaan "lumpuh" untuk mencegah pergerakan yang tidak disengaja saat bermimpi.