Secangkir kopi hitam duk di meja,
membiarkan uapnya berbicara
dengan dinginnya pagi.
Tak ada percakapan,
hanya aroma yang pelan-pelan
mengisi kekosongan.
Kopi itu tak pernah bertanya,
hanya menunggu,
menjadi saksi bisu
dari pikiran yang hilir-mudik
seperti hujan yang ragu
turun atau menahan diri.
Di balik asap tipisnya,
ada rasa pahit yang kau sembunyikan.
Barangkali kau tahu,
bahwa setiap tegukan
selalu menyimpan cerita,
entah tentang kenangan,
atau luka yang tak ingin diakui.
Dan kopi itu,
tetap di sana,
menawarkan kehangatan sementara
di antara kekosongan yang lebih lama.
Mungkin kita tak butuh jawaban,
hanya secangkir kopi
yang setia menemani
hingga pagi terlelap
dan hari berlalu
tanpa kita sadari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H