Lihat ke Halaman Asli

Nanang A.H

Pewarta

Berkaca dalam Cermin Retak

Diperbarui: 28 Agustus 2024   15:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berkaca Dalam Cermin Retak (Sumber: Dokpri, kreasi AI)

Bulan terpecah di atas kota  
Dalam cermin langit yang mulai retak,  
Angin bertiup membawa suara sunyi,  
Mengalun di antara gemuruh janji-janji.

Oh, anak bumi yang berpijak pada tanah basah,  
Janganlah kau pilih jalan berliku penuh onak,  
Sebab di sana, hanya ada langkah-langkah suram,  
Jejak-jejak yang tertoreh oleh tangan yang keji.

Ia yang mengusung bendera putih penuh darah,  
Tak pantas memimpin desa atau kota,  
Sebab tiada kasih yang bersemi dalam hatinya,  
Hanya bara yang membakar nurani warga.

Dalam pesta yang kau sambut dengan tari,  
Janganlah kau terlena oleh irama palsu,  
Dengarlah suara burung yang berkicau lirih,  
Membawa pesan dari hutan yang terhampar jauh.

Sebelum tinta kau tumpahkan pada kertas,  
Renungkanlah bayangan yang tercermin di atas sana,  
Apakah ia akan membawa cahaya pagi,  
Ataukah hanya mendung hitam yang menyelimuti?

Janganlah kau serahkan takdir desa dan kota,  
Pada tangan yang pernah mencabik-cabik cinta,  
Sebab sekali cinta dikoyak oleh dusta,  
Nusantara menangis dalam diam yang penuh luka.

Maka pilihlah dengan hati yang bijak,  
Dengarkan suara nurani yang tak pernah berkhianat,  
Agar bumi tetap hijau, langit tetap biru,  
Dan rakyat bisa hidup damai tanpa rasa takut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline