Lihat ke Halaman Asli

Nanang A.H

Pewarta

Waspada Jangan Panik, Inilah Fakta Virus Marburg, Penyebab Kematian 88%

Diperbarui: 17 Februari 2023   16:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Virus (Kompas.com)

Baru baru ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengadakan rapat darurat. Rapat ini mengundang pakar kesehatan dunia untuk membahas terkait wabah baru virus Marburg dan cara mengatasinya. Seperti diketahi virus Marburg ini kini tengah menjadi sorotan dunia termasuk di Indonesia

Dikutip dari laman WHO, virus Marburg ini sebelumnya dikenal sebagai demam berdarah Marburg, merupakan penyakit yang berakibat fatal pada kesehatan manusia. Dimana tingkat kematiannya mencapai  antara 24% - 88%. Sampai saat ini belum ada obat atau vaksin untuk mencegahnya

Virus Marburg ini saat ini terjadi di Afrika Barat tepatnya di Guinea. Dilaporkan  ada sembilan orang yang telah terinfeksi dan meninggal dunia. Dan ada sekitar 200  orang sedang dikarantina. Gejala yang dirasakan adalah demam dan muntah darah

 Asal Usul Virus Marburg

Dilansir dari laman WHO, sebenarnya penyakit ini bukan penyakit baru, awalnya  terdeteksi pada tahun 1967 di Marburg dan Frankfurt di Jerman dan di Beograd Serbia.

Wabah penyakit ini dikaitkan dengan pekerjaan labolatorium yang menggunakan monyet hijau Afrika (Cercopithecus aethiops) yang diimpor dari Uganda. Selanjutnya wabah dan kasus sporadik telah dilaporkan di Angola, Republik Demokratik Kongo, Kenya, Afrika Selatan

Pada tahun 2008, ditemukan dua kasus yang dilaporkan pada para pelancong yang telah mengunjungi gua yang dihuni oleh koloni kelelawar Rousettus di Uganda

 Awal Penyebaran dan cara Penularan

Infeksi manusia dengan penyakit virus Marburg awalnya diakibatkan adanya kontak yang terlalu lama dengan aktipitas tambang atau gua yang dihuni oleh koloni kelelawar Rousettus. 

Setelah seseorang terinfeksi virus, Marburg menyebar dari manusia ke manusia melalui kontak langsung, diantaranya melalui kulit yang rusak atau selaput lender, melalui darah, sekresi, organ atau cairan tubuh lain dari orang yang terinfeksi, dan dengan permukaan dan bahan misalnya tempat tidur, pakaian yang terkontaminasi dengan cairan tersebut

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline