Lihat ke Halaman Asli

Nanang A.H

Pewarta

Dampak Childfree, Tinjauan Psikologi, Kesehatan, dan Pandangan Islam

Diperbarui: 9 Februari 2023   20:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pasangan suami-istri yg tidak menginginkan anak. (Gambar diambil via antara.com)

"Nikah tapi memilih gak punya anak, kok bisa?". Itulah sebuah pertanyaan umum yang mungkin bergelayut dalam pikiran kita, merespon trend Child free yang sempat viral di media social dan masih menjadi perbincangan hangat masyarakat Indonesia.


Childfree dalam tinjauan Psikologi


Istilah Childfree adalah ketika pasangan suami istri dengan sadar memilih keputusan untuk tidak mempunyai anak. Gaya hidup childfree saat ini sedang mengalami trend peningkatan  baik di Indonesia maupun luar negeri.


Padahal sebenarnya istilah childfree atau childless  ini sudah ada sejak  (Veevers JE 1979) pertama kali menggunakan istilah tersebut dalam publikasinya di jurnal Marriage & Family Review.


Menurut psikolog Oktina Burlianti merespon pasangan suami istri yang memilih child free, mengatakan, selama pasangan memiliki visi  yang jelas, baik itu visi jangka pendek, menengah dan panjang, dan siap dengan akibat atas pilihannya untuk child free, tidak akan menjadi kendala bagi kehidupan pernikahan mereka


Oktina mengingatkan ada konsekuensi dalam setiap keputusan. Berbagai pertimbangan perlu dipikirkan dengan melihat dari berbagai aspek social, kultural, hukum, dan agama. Pasangan juga harus memikirkan siapa ahli warisnya kelak. Untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan, seperti dikutip dari laman Liputan6.com (16/9) 2021


Selanjutnya psikolog yang akrab disapa Ulli mengatakan, pilihan untuk childfree atau tidak mempunyai anak sebaiknya bukan didasari karena bentuk pengabaian atau pelarian.


Biasanya ada beberapa alasan yang menjadi factor penyebabnya. Diantaranya adalah masalah personal, finansial, latar belakang keluarga, kekhawatiran akan tumbuh kembang anak, kesehatan fisik dan reproduksi, dan kondisi mental.


Kalau alasan childfree karena factor medis sebenarnya bisa dimaklumi, seperti factor usia wanita yang sudah tua sehingga dikhawatirkan berakibat pada  kematian ketika melahirkan,  karena factor kesehatan reproduksi yang tidak memungkinkan melahirkan anak, atau kesehatan mental yang kondisinya mengkhawatirkan, bisa saja di benarkan.


Dalam hal ini penulis menilai  ketika alasannya  sudah melanggar hukum kodrat sebagai wanita, apalagi agama. Dan menjadikan childfree sebagai gaya hidup, pilihan chilfree yang seperti itulah  kemudian harus dipertimbangkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline