Lihat ke Halaman Asli

Nahar Frakasiwi

absorb the feeling, i learn to fly

Kita Punya Bekal untuk Mencari Bekal-Bekal Selanjutnya

Diperbarui: 25 Februari 2021   12:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Goodfont


Entah, tak sama dengan pemuda yang lainnya, saya tak pandai bergaul dalam lingkungan sendiri. Sangat sulit beradaptasi dengan canda dan tawa mereka yang kerap usil memvonis orang lain untuk dijadikan bahan lelucon, juga sangat berpengaruh topik yang selalu sama kita bahas, kawan(topik yang simpang siur saja).

Kini rasanya mata lebih ingin terbuka untuk pokok bahasan ilmu yang relevan. Maklum, saking kepingin kuliah jadi serasa nyaman berbincang dengan para pejuang sarjana, senang temui hal baru walau dari ocehannya saja.

Saya sering berandai, membayangkan tentang bagaimana jika rezeki itu datang menyesuaikan dengan ilmu atau wadah lebar yang saya siapkan. Mungkin jika semakin lebar saya siapkan, saya akan kaya karena banyaknya rejeki yang termuat ke dalam luasnya diameter tampung setelah saya perluas halnya wadah yang saya besarkan dari ilmu.

Iya, memang benar, saya dapatkan asumsi seperti itu dari kutipan hadis sahih: "Sesungguhnya Allah menjamin penuntut ilmu akan rezekinya". Dengan tambahan referensi dari Qur'an pada surat Hud ayat ke 6 : "Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)"

Rezeki menurut KBBI adalah segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan) seperti makanan (sehari-hari) dan nafkah.

Secara etimologis berasal dari Bahasa Arab, rizqi atau riziq berasal dari Bahasa Arab, razaqo-yarzuqu-rizqan. Secara istilah bermakna pemberian baik yang ditentukan atau tidak, baik yang menyangkut makan maupun yang berhubungan dengan kekuasaan dan ilmu

Cara Allah membagikan rezekiNya tentu kepada ciptaannya yang mau tulus bergerak untuk keluar mencarinya. Layaknya burung yang pergi pagi dengan keadaan lapar lalu keadaannya selalu kenyang sekembalinya ia ke sarang. Naluri burung pun tahu ketika lapar ia sadar harus menjemputnya

Di sisi lain, Tuhan tak pernah menciptakan jasad yang hidup tanpa perbekalan, jadi saya fikir sangat salah menggelatakan tubuh sambil berharap akan datang rezeki dengan sendirinya dan kewajaran jika rezeki yang didapat dengan angka yang sama, segitu-gitu aja, karena rezeki sangat menyesuaikan dengan kapasitas tampung wadahnya atau dengan kata lain adalah ilmu yang saya punya

Ketika saya meminta harta yang banyak kepada Tuhan mungkin tak salah, namun hanya merasa tak wajar bila bekal yang Tuhan berikan ini tak digunakan terlebih dahulu dengan semestinya.
Oh, iya bekal yang saya maksud di sini adalah kapasitas diri yang terhubung secara otomatis dengan sarana pribadi untuk bisa mencapai kepada rezeki yang lebih banyak, seperti 13 Sistem Anatomi Tubuh pada Manusia yang diberikan secara gratisan.

Kadang saya juga perlu berdamai dengan hati, dan berusaha menerima segala hasil yang sering saya kucilkan, karena Tuhan selalu Adil, juga memperhitungkan. Jadi yang saya dapati adalah hasil yang selalu benar dari apa yang saya telah kerjakan

Created By : Nahar
25 Februari 2021

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline