Lihat ke Halaman Asli

Nahar Frakasiwi

absorb the feeling, i learn to fly

Epigram Genre, Terzina | Apakah Banjir adalah Takdir

Diperbarui: 21 Februari 2021   12:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

GoodFont


Hujan
Tetesan rahmat itu turun
Tanpa berdenting, hanya menepi di hati yang lembut

Mengetuk bahasa lembut di bilik perasaan
Membuka hati untuk melihat nikmat yang khusyuk kembali datang
Merayu-rayu hati dalam hayati, dari termasing mata yang tunduk; keikhlasan merima tamu yang datang: musibah, bencana, masa sulit dan susah

Kita mungkin ingat saat acuh membiarkan orang meniti kejanggalannya, padahal kita mampu menghentikannya
Kita selalu mampu memprediksi ke depan, halnya saat melihat dua pemotor lawan arah dengan kecepatan maksimum di runcing tikungan
Iya, kita pandai memperhitungkan meski tidak kepada semua persoalan

Lantas, di manakah kelalaian hingga musibah kembali datang?
Bolehkah kita melukiskan hujat kepada hujan karena sebabnya turun?
Dan bagaimana dengan kita yang sering menangis merindukan hujan, namun lupa terhadap wadah yang kotor?

Seberapa cepat berkata "Tuhanku Tolonglah aku ..! ", dari banjir yang sebentar  
Lupakah kita kepada nikmat yang begitu banyak dan lama sebelumnya?
Lantas, sepantas apa kita berasumsi banjir inilah takdir Tuhan

Jika memang iya
Jika memang Tuhan sebabnya
Adakah ucapan yang lebih indah terhadap bencana dan musibah?

Created by : Nahar
Tanggerang, 21 Februari 2021  
Terinspirasi dari Al-Isra'[17]: 16




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline