Mulai kuberikan salam yang begitu matang
Kepada para penyelam dahaga di lambung nuansa paling temaram
Biarlah kuasa jalan menepis keraguan yang harum tengah tersajikan
Setelah lama kehausan mencari air tawar di tengah lautan
Sejajarkanlah ini rasa bersemayam
Lugu datangnya tak jemu jua tak sama sekali berperan
Senyaman gestur menorehkan warna di mimik wajah lukisan
Tetap berstatus benalu yang merambat-rambat bisu menelanjangi kehidupan
Telah ada kerinduan akan manisnya bertafakur
Setiap kali aku berkedip kepada ayunan lamun
Menetapkan stempel biru kepada perasaan syukur
Jauh nian alam hayatiku, kerap menuliskan parade goda awan-awan di langit nun
Entah sudah berapa lama aku berseru ke setiap dengkur
Berpayung di napas kadung yang dihidupkan sendu sang hujan
Berharap butir-butir nikmat tak berderai selalu dengan lisan yang kufur
Meski berada di seliangkar gerimis tangis perasaan
Tiada lagi rasa inginkan atma pudar sebab seteru
Hanya mampu menghela di sepanjang ratapi sekepal kesempatan
Kering badan terlantarkan masih dilalap jamur dan waktu
Terkabar kebaikan yang hangus, meranum pada sebentang luas palung media dan berita hangat di dalam koran
Created By: Nahar
Tanggerang, 18 Januari
____________________________
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H