Cape, ga? ... dengan terus menatap soal serupa
Bersandar pada hal sama lagi dan lagi
Terkadang ada tanpa harus bersebab
Tiba-tiba terkadang juga berdiri sendiri
Padahal pelupuk mata masihlah lembab
Iya, buat segaris hal yang cuma-cuma; semata
Jenuh sekali mungkin jiwa ini, ya ... mungkin
Sia-sia terikat kiat yang hanya terkait goda
Sisakan debu di pilar lampu taman hati
Di sepijar bara yang berkerlip pada pilinan mimpi
Elok berkedip keemasan di belantara malam langit dini hari
Di sana noda masih terlihat seolah menanti
Namun kepekaannya sungguhlah bersih
Tiada pertanda atau jejak ada sepercik api
Terus membakar mungkin jenuh tanpa arti
Meski terhidang segudang pemicu untuk berfantasi
Semoga sederet kalimat putus asa tak datang hari ini
Yang kerap menampakan mata kepada jurang kelelahan
Meski tak jarang akhirnya narasi berakhir bahagia kesekian kali
Bukan alasan berhenti melawan diri sendir
Dengan studi melepas parade pasir-pasir putih
Yang mana sering bersua diterpa hari demi hari
Namun daya masihlah rajin tersapu, bersih nan bisa mengepal cita yang semestinya lagi
Adakah kembali sepi di tepi?
Karna sudah tak lagi akur dengan bunyi
Biarlah meski denting hujan tidak kembali
Aku hanya ingin berjalan dengan pasti
Menggilir sepasang kaki lalu menata klausa dengan jutaan dari populasi diksi
Lalu merangkai kembali puspa noda lelah yang tersisa