Lihat ke Halaman Asli

Tali ata Lomba, Sosok 'Frustrasi' tapi Survive

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13940231141781947581

Tulisan untuk Vitalis Ranggawea

Sabtu, 8 Februari 2014, tentu hari penuh kenangan bagi om Vitalis Ranggawea, tokoh senior Nagekeo di Jakarta. Hari itu, sosok paling kontroversial di grup facebook Nagekeo Bersatu ini merayakan pernikahan suci putri bungsu (ketiga), Meta dan Benny.

Cuaca yang kurang bersahabat (hujan) ternyata tidak mengurungkan niat keluarga besar dan kolega om Vitalis untuk hadir di gereja, momen terpenting dan terberkati untuk memberi semangat dan dukungan moril bagi keluarga baru Meta dan Benny.

"Meta dan Benny..kalian sendiri telah membuat pilihan sebagai suami istri di hadapan Tuhan kita Yesus Kristus, karena itu kalian sendiri pula harus mempertanggungjawabkan pilihanmu itu, artinya kalian harus hidup sebagai suami istri untuk selama-lamanya," demikian Pastor menasihati kedua pengantin ini.

Seperti saudara-saudara kita yang Muslim, semoga Meta dan Beny bisa membangun keluarga yang Sakinah Mawaddah Wa Rahmah, pinta Pastor tadi. Pastor sadar betul bila sebagian keluarga om Vitalis adalah muslimah karena ada yang hadir di gereja dengan berkerudung seorang muslimah. Om Vitalis ternyata juga mengundang keluarga muslim di lingkungan tempat tinggalnya untuk menyaksikan langsung pernikahan suci putri bungsunya, putri yang diasuh secara ekstra saat kecil karena lumayan aktif (baca peloro dalam bahasa ata mau).

Maklum, peran penting om Vitalis di gereja dan lingkungan (RT, RW, Kelurahan) berbuah manis karena perbedaan dalam iman akan Tuhan tidak bisa mengalahkan tali persaudaraan yang terbangun solid sejak lama itu.

Di malam resepsi hari yang sama, om Vitalis tiba-tiba saja mengatakan begini: "Perjumpaan kita malam ini dibatasi karena kita hanya menyewa gedung ini untuk dua jam saja, namun persaudaraan tidak akan pernah dibatasi. Untuk itu, saya mengundang semua keluarga datang ke rumah saya malam ini karena saya sudah menyediakan muku loto (menu spesial ala ata mau)."

Mengecewakan sekali, karena om Vitalis tampil bicara ketika ruangan pesta tengah dipadati pencinta tarian ja'i sejumlah lebih dari 2000 undangan itu. Perjuangan undangan ke tempat pesta di tengah guyuran hujan dan kemacetan Jakarta ternyata berujung pada kekecewaan.

Tapi dalam hati, saya berpikir mungkin baik juga jika budaya pesta orang Nagekeo dan Flores pada umumnya dikurangi menjadi 2-3 jam, tidak lagi semalam suntuk hingga pagi hari. Kita harus tetap menjaga kebugaran agar tidak mengalami penurunan produktifitas di kantor, ini penting bagi yang sudah bekerja.

Sebuah Kehormatan

Saat kita makan muku loto di rumah kediaman, om Vitalis dan keluarga besar istrinya dari Manado mengajak kami berdendang dan menari bersama. Punggawa-punggawa musik dan penyanyi asal Nagekeo di Jakarta memanfaatkan dengan baik momen malam itu untuk dapat pengakuan. Mereka itu antara lain, Marsellinus Ado Wawo, Fridus, George Soge Soo, Tobby Ndiwa, Valentinus Jandut, Simon (Rikky) Lere, Barce van Alfred, dan nona Imel.

Ivan Nestorman juga tak mau ketinggalan. Tiga kali tampil dengan lagu Mogi Fu Kugu, Ivan menjadi sangat akrab dan bukan sosok yang asing lagi bagi keluarga Nagekeo di Jakarta. Di tengah karir musik yang sedang bersinar di tingkat internasional, eja Ivan kian mendekatkan diri dengan keluarga Nagekeo karena ingin berbagi kebahagiaan yang sama. "Terima kasih Ivan, kehadiran Ivan malam ini adalah kehormatan bagi saya dan keluarga," ujar om Vitalis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline