Lihat ke Halaman Asli

Kulonuwun dan Uluk Salam Saat Masuk Jogja

Diperbarui: 27 Juli 2023   13:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Semnagat pagi menjelang siang, Assalamualaikum, cuaca dikampung ku cukup terik, lotis belimbing wuluh, kedondong, mangga, jambu air kebayang segernya bikin ngiler.

Jam seini baru pulang dari gubuk. Kamis 27 Juli 2023 pukul 10:18 WIB sembari rehat leyeh-leyeh ngeringin keringat sembari latihan menulis. 

Alhamdulillah masih diberikan kesehatan fisik, mental dan spiritual, sungguh nikmat karunia Alloh SWT yang teramat sangat agung.

Sembari melihat simbok-simbok bersama anaknya sedang mengerumuni pedagang jajanan keliling.

Mbah Mboyan namanya, pedang jajanan yang usia ya sudah cukup sepuh, sedari aku kecil beliau sudah menajajakn dagangannya berkeliling dengan memikul dan jalan kaki. 

Memikul dua kotak kayu besar seperti etalase lengkap dengan Kaca transparan, didalamnya rak susun yang berisikan aneka jajanan tradisional. 

Bertahan dengan pikulan tak lain karena juga tidak bisa mengendarai motor. Ada beberapa orang yang sedari aku kecil bertahan berjualan dengan pikulan. 

Tak lama kang sayur datang mas Fahrur Rozi, mbah Mboyan pun beranjak jalan, simbok-simbok semakin banyak berkerumun mencari kebutuhan dapur. 

Tentunya sembari ngerumpi, ya namanya juga simbok-simbok, mungkin ngerumpi sebuah hal yang nikmat bagi mereka.

Mungkin juga beranggapan tak lazim jika simbok-simbok berkerumun dan tidak ngerumpi.

Yang padahal salah satu ciri-ciri Perempuan penghuni surga itu perempuan yang bisa menjaga lisannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline