Lihat ke Halaman Asli

Gagal di Jakarta Lari ke Batulicin Gagal Juga

Diperbarui: 18 Juni 2023   17:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sudah senyum kah hari ini? Sudahkah tertawa hari ini? Hahahaha. Alhamdulillah hari ini semua aktifitas ku kelar siang, dan ini baru sampai rumah Simbok ku. Langsung nancepin hape dan membuka kompasiana sambil nonton TVRI Klik Indonesia Siang, pukul 12:36 WIB 18 Juni 2023, latihan menulis lagi.

Sepulang dari Jakarta, dan bapak ku tidak memberi izin untuk ke Jakarta, beliau tidak mau menandatangani surat kontraknya. Kala itu aku yang masih kesal dengan keputusan beliau yang sepihak. Bapak ku pun menyuruh ku ke kalimantan, ketempat pakde ku, tepatnya di Batulicin ada kerabat disana, singkatan ceritanya kenapa aku punya kerabat do kalimantan. 

Jadi dulu simbah dari Simbok alias Bapaknya Simbok ku, namanya mbah Suwarsan nama kerennya SoWarSon. Hahaha. Beliau ikut program pemerintah transmigrasi, sampai dikalimantan simbah nikah lagi dengan sesama peserta transmigrasi, jadi simbah ku punya dua istri, satu di kalimantan, satu di jawa. Bertempat di blok E sepakat Batulicin, tapi jauh dari kotanya, pelosok juga. 

Kenapa bapak ku menyuruh ku ke kalimantan? Suatu ketika bapak ditawari oleh kakak sepupu ku yang disana namanya mas Nasichin, beliau menawarkan bahwa aku bisa masuk menjadi guru agama di MTs Desa Blok E Sepakat, atau disekolahan tempat ngajar istrinya. 

Yang Padahal aku tidak ada minat menjadi guru, aku rasa guru adalah tugas yang sangat berat, karena berkaitan dengan ilmu dan tentunya ketulusan dalam mengajar, terlebih guru agama. Betapa beratnya pikir ku, guru menjadi cermin dan contoh untuk murid-muridnya lah prilaku ku yang masih suka emosi, aku merasa guru tidak relate dengan diri ku. Menjadi guru bukan sekedar karena gaji apalagi sekedar bangga dengan seragam yang dikenakan. Ungkapan orang jawa Guru = digugu lan dirungu.

Aku tetep mengalah, aku iyain kemauan bapak, walau dalam hati dongkol dan tentunya sesuatu yang dipaksa tidak dari hati pasti tidak akan maksimal dalam melakukannya, apapun itu. Aku berangkap, Pesan tiket pesawat dari Semarang, kebetulan ada Saudara namanya Hakim (orangnya gendut banget obesitas) hahahaha dia kerja di bandara, aku pesan dengan nya dua hari sebelum berangkat, harga tiket kala itu Rp.950.000,- pesawat Mandala. 

Saudara ku itu pinter memilihkan tempat duduk ku di pinggir kanan pas jendela sayap pesawat, tapi sayangnya kala itu tidak punya kamera pun hape masih monophonic jadul belum ada kamera, cuma terekam oleh mata dan ku simpan dimemori otak aja. Hahaha. Aku berangkat nyewa mobil dianterin sekeluarga sampai bandara, udah seperti nganter orang berangkat Haji aja, hahaha. Yang nganter sembari piknik, maklum kami orang kampung tidak pernah lihat pesawat jadi gumun dan seneng nongkrong dipinggir bandara. Hahaha. 

Aku cuma gendong satu tas isi baju berapa lembar tok. Aku ketemu saudara ku yang kerja dibandara, diajak masuk loby, dianter masuk ruang tunggu, di ruang tunggu ada mbak-mbak dan bapak-bapak aku ajak ngobrol, aku sudah lupa nama mereka, mbaknya baru saja piknik liburan dari Jogja, sudah seminggu di Jogja, terus mau pulang, Bapaknya mau berangkat kerja dikalimantan. 

Stengah jam kemudian pesawat datang dan kami bergegas naik. Karena aku pertama naik pesawat, tas aku taruh dipangkuan eh disamperin pramugarinya, diminta taruh dibagasi, dan ditaruhkan, orang yang duduk di sebelah ku sinis melihat ku, hahaha, aku taruhlah tas ku dibagasi sambil natap muka bapaknya yang sinis, hahaha. Ya maklum wong aku ki kampungan, pun kali pertama pula naik pesawat, nyetekin sabuk pengaman saja bingung. Hahaha. 

Tak lama pesawat terbang, aku terus menatap kejendela, begitu Indahnya, tak terasa sudah sampai, terbang sekitar 1 jam 45 menit kalau tidak salah. Belum puas naik pesawat sudah mau turun saja. Turun di Banjarmasin, dijemput bus bandara. Duduk sebentar, minum, mbak tadi yang bareng nyamperin lagi, dia dijemput kawan kantornya, sembari menunggu kawannya datang, kami nongkrong minum sambil ngobrol, mbaknya menawarkan untuk bareng mau nganter sampai terminal taksi. Aku dengan senang hati menerima tawarannya. Tak lama kawan kantornya datang bawa sedan hijau tua, si mas-mas kawan mbaknya bantu masukkan koper bawaan mbaknya ke bagasi. 

Tak lama langsung kami jalan, mbaknya sembari ngobrol didalam mobil dengan kawannya menggunakan bahasa banjar, jadi aku tidak faham, hahaha, tapi rasanya cerita kesan-kesan di Jogja dan nanyain oleh-olehnya juga. Setengah jalan kami berhenti diwrung makan, makan makanan Jawa, lah aku orang jawa jauh-jauh sampai Banjarmasin mampir warunge wong Jowo mbak, mbaknya sambil ketawa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline