Hemmmm hehe, jangan lupa tersenyum oke? 14 Juni 2023 pukul 13:05 aku mulai mencatat tulisan ini. Aku mau melanjutkan cerita ku. Lumayan buat latihan menulis yang baik. Hehehe.
Tadi aku pergi ke tukang las, ngelas pacul alias cangkul yang sempal gagangnya alias menembel besi dudukannya. Celana training aku pakai, kaus oblong warna merah lusuh, topi putih sedikit ada noda debu, jaket hitam bertopi yang belakangnya bekas keguyur cat. Sendal lily yakni sendal kebangsaan yang pernah ngetrand era 70-80-90an, ya siap aku kenakan. Jalan ke samping rumah menuju motor gede yang penuh debu dan sawang alias jaring laba-laba, karena beberapa hari tidak dipakai. Motor Honda Supra dengan warna hijau aku keluarkan, dan aku panasi (bukan dijemur maupun dibakar), hahaha, ku engkol kickstarter beberapa kali, kok gak nyala-nyala, dan sekali lagi ku engkol akhirnya nyala, bensin pun tinggal sedikit.
Motor sudah panas, semakin panas saat tak glendeng alias aku gosipin, ghibahin, omongin dibelakang motor gede semakin panas dan bosbosan alias knalpot semakin ngebul hahaha. Simbok ku bilang Bawa uang lebih nanti biar tidak hutang kalo kurang kayak yang dulu, injih mbok, saut ku sambil pelan-pelan aku mulai jalan. sampai depan dipertigaan aku berhenti mengisi bensin, ngecer sebotol Rp. 13.000,- pertalite. Bayar ke warungnya, ditawari pemiliknya mau diisikan atau isi sendiri, aku sendiri aja jawab ku sembari ambil botol dan aku isi sendiri, "botol kosong aku taruh didepan pintu" dengan volume suara tinggi dan disahut oleh pemilik warung "Iya, terima kasih" baik kembali kasih sahut ku, sambil nutup tangki minyak dan nutup jok moge. bergegas aku selah alias kickstarter, langsung jalan ketujuan.
Hampir sampai tujuan berpapasan dengan pak RT.001, kami saling senyum. Tak lama sampailah di tukang las, ketemu tukannya alias mas Vit dengan baju putih lusuh penuh oli, ternyata sedang ada tamu yakni ada Mas Yen dengan baju merah celana pendek putih, dan ada ponakan ku Ardi dengan baju hitam. Ya, kami jabat tangan semua dan basa-basi ngobrol sejenak, baru point soal ngelas pacul. Hahaha, tak lama, las jadi dengan cukup baik dan rapi, dengan ongkos pengerjaan Rp. 20.000,- tak lama aku pamit, ngengkol moge lagi klakson "tinnnn" sambil jalan.
Jalan 8 menitan sampai dirumah pakde Kusnari, ternyata sepi pintu konci, kang Mat Tohir juga tidak dirumah, ah playing ning gogo aliah ke hutan. Langsung aku masuk ke rumah sebelah, yakni rumah Simboknya pakde Kusnari, berarti Masih simbah ku, ada mbah putri di ruang tamu dan sedang ada sahabat masa kecilnya, mereka sedang bercengkrama, nama bestienya mbah Sum. Salam dan aku buka pintu, masuk, aku cium tangan mereka, seraya menanyakan kabar "wilujeng njih mbah" alias sehat ya mbah, alhamdulillah sehat wal afiat jawab mereka, alhamdulillah, barokalloh sahut ku. Terus simbah dengan baju oblong vintage bunga-bunga menanyakan loh njenengan sinten? alias kamu siapa? Aku putune mbah, anake pak Bidin Wadas, oalah pangling simbah, suwi ora weruh, hahaha, iyo mbah, pas lebaran tok kae. Hahaha cuman pas lebaran aku kesana. Simbah dengan kondisi yang sudah sepuh, jalan dengan tongkat kaki 4 jadi total Kaki simbah ada 6 hihihi.
Kami ndongeng alias ngobrol banyak, cerita masa lampau, dengan mbah Sum juga aktif ngobrol, mbah Sum masih sangat sehat, dengan baju hijau muda semakin terlihat bugar dan sedikit gemuk, kami guyon dan ketawa bersama, disini aku merasakan iklim yang sangat hangat romantis penuh cinta, ini benar-benar berkualitas, ini siang ku yang sangat istimewa.
Betapa tidak kami bercerita masa lampau penuh tawa dan sesekali kami menetes air mata sambil senyum mata yang berlinang tidak kuasa terbendung kala mengingat masa lalu ketika masih ada mbah kakung, dari suami mbah-mbah ini. Mbah Sum rumahnya lumayan cukup jauh sekitar 500 meter, sembari mencari kliyang alias daun cengkih, aktifitas sehari-hari beliau dengan menyapu mengumpulkan kliyang, digendong angkut angkut sendiri ketika sudah terkumpul penuh, stiap minggunya diambil oleh pembeli, biasanya mendapatkan Rp. 100.000,- setiap minggunya, lumayan bisa buat beli sabun, uyah alias garam, dan bisa buat sedekah kotak amal setiap jumat pahing. Begitu luar biasa pemaparan beliau. Pun aktifitas nyapu kliyang di lakukan rutin dengan dalih "lah pie mas, nyong yen wiridan ning omah ngubengke tasbih tok nganti mbondeti malah ora khusyuk rasane nyong, mending dzikir, sholawat tak karo nyapu kliyang, hawane lan latare yo dadi resik padang" leres niku mbah sekalian silaturahim njih, nglebur raos kangen terus kampir mriki njih, sahut ku, la njih mas, jawab mbah Sum sambil senyum dan berlinang matanya yang terus ku tatap.
Simbah-simbah ku semoga engkau sehat wal afiat selalu, senang rasa hati mendengar tutur kata mu kala bercerita masa lampau, suka-duka banyak yang enkau redam dalam balutan senyum dan cinta. I Love You simbah-simbah ku.
Kami lintas generasi terpaut sangat jauh dan menyempatkan waktu untuk bersama dengan orang-orang terdekat adalah waktu paling berkualitas dan paling berharga, mampu tertawa, tersenyum, merengkuh dalam buai cinta sejati, walau mata terus berlinang dalam senyum dan sesekali menetes tak bisa dibendung.
Ahhhhh cukup dulu, sudah sore, pegel jempol ngetik hihihi, tangan ikut semutan. Sudah pukul 14:20 WIB, aku akhiri, Nitip sehat, semangat dan jangan lupa bahagia, Barokalloh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H