Tentu kita ketahui, kita telah merdeka sejak 1945, dengan perjuangan seluruh pahlawan Indonesia. Perjuangan untuk merdeka tentu tak mudah dengan segala cara. Soekarno dan seluruh pahlawan berusaha melepaskan dari penajajahan Belanda melalui berbagai cara. Diplomasi, perang, bahkan politik. Penjajahan yang begitu kejam tentu sangat membekas dan membuat bangga pada akhirnya disaat kita telah merdeka. Kini Indonesia sudah 78 tahun merdeka, apakah kita merdeka?.
Tentu kita merdeka secara de facto dan de jure, namun kolonialisme berubah wujud menjadi lebih kejam dan tanpa ampun menjerumuskan seluruh masyarakat untuk bergantung kepada bangsa luar. Mari kita berkaca dari kehidupan pribadi kita.
Di kalangan anak muda sendiri, iphone menjadi salah satu simbol sosial bagi pergaulan. Belum lagi pakaian dan sepatu yang ia gunakan serta kendaraan yang dibawa. Tentu saja semakin mewah barang tersebut maka simbol dan status sosial anak tersebut semakin tinggi. Perspektif tersebut mengerucut kepada produk-produk negara barat yang selalu menjadi primadona. Tak lekang dari hal tersebut, produk-produk lokal seperti sepatu dan pakaian menuadi tak punya pasar sehingga tidak berkembang. Adapun lagu-lagu yang didengarkan oleh orang-orang tentu memilih lagu barat sebagai refrensi ataupun yang mengisi hari-hari mereka. Tentu saja dengan lirik dengan bahasa Inggris menjadi suatu tanda bahwa lagu tersebut sangatlah internasional walaupun terkadang kita tak mengerti. Namun bagaimana dengan nasib pengarang lagu-lagu Indonesia? Setiap penyanyi asli Indonesia memiliki satu atau bahkan lebih lagu-lagu yang mereka buat menggunakan bahasa asing., ataupun apabila tidak membuat lagu, mereka melakukan "cover" lagu barat tersebut.
Dari sedikit contoh yang diberikan, mungkin kita bisa merenung sebentar untuk menjawab apakah memang kita di jajah dengan cara baru? Atau memang kita menganggap bahwa Indonesia hingga saat ini belum mampu. Elum mampu untuk menterpakan seluruh potensi anak bangsa kedalam kehidupan masyarakat. Tentu saja kita harus menjawabnya. Contoh yang lebih valid lagi ialah bagaimana kita menganggap brand tas, sepatu, dan alat transportasi yang digunakan. Bagaimana kita menganggap brand asli Indonesia, walaupun stereotip masyarakat hingga kini masih banyak yang mencibir bahkan ke produk China sekalipun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H