Lihat ke Halaman Asli

Naftalia Kusumawardhani

TERVERIFIKASI

Psikolog Klinis (Remaja dan Dewasa)

Beraninya... Minta Foto Bugil!

Diperbarui: 29 November 2015   19:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://static.republika.co.id/uploads/images/kanal_sub/stop-pornografi-ilustrasi-_140505133431-589.jpg

 

Sumber Ilustrasi http://static.republika.co.id/uploads/images/kanal_sub/stop-pornografi-ilustrasi

Tulisan ini pernah saya upload di status FB saya beberapa waktu lalu (Sabtu, 7 November 2015). Hingga saat ini, tulisan saya itu sudah dibagikan sebanyak 9.544 kali. Karena saya anggap hal ini penting, saya muat ulang di sini. Tujuannya agar para orangtua lebih waspada terhadap anak-anaknya.

Anak saya cerita kalau teman laki-lakinya minta foto bugil ke dia. Temennya itu, sebut aja si A,adalah teman sekelasnya. Awalnya anak saya bbm si A untuk tanya tugas. Tapi pembicaraan berlanjut dengan permintaan si A pada anak saya. Si A minta foto bugil anak saya.

 

 

Kalau anak saya mau memberikan, dia akan menukarkan dengan foto anime cowok seksi. Si A juga mengatakan kalau dia disuruh temannya, si B. Kalau si A tidak mau menuruti permintaan si B, B mengancam akan hack akun emailnya si A. Ini modus operandinya.

Mintalah si A ini pada anak saya dan ngakunya juga minta pada beberapa anak perempuan lainnya. Tidak puas karena ditolak oleh anak saya, si A (ngakunya disuruh si B) mempersuasi dengan janji tidak akan menyebarkan dan macam-macam lagi.

Dari caranya membujuk anak saya, saya berkesimpulan si A ini bukan hanya sekali ini melakukan hal tersebut. Untungnya anak saya segera cerita pada saya sekalipun dengan rasa takut (karena si A teman sekelas) dan gemetar. Saya menyuruh anak saya untuk cepat melaporkan kasus ini ke gurunya untuk menindak si A dan mencegah perbuatan si A pada anak perempuan lainnya. Saya tidak tahu siapa 3 cewek lain yang dia katakan pada anak saya.

Pengusutan oleh pihak sekolah tidak menghasilkan tindakan memuaskan. Saya sendiri lebih berfokus untuk menguatkan anak saya agar dia tidak takut menghadapi kasus ini bila nantinya urusan jadi panjang. Selain itu saya juga berupaya mendukung anak saya untuk berani mengatakan semuanya tanpa rasa takut. Pemulihan harga diri anak saya lebih penting untuk saya lakukan dalam masa-masa tersebut. Tindakannya yang menolak saya apreasi sungguh-sungguh. Saya berikan gambaran padanya apa yang akan terjadi bila dia tidak bersikap tegas terhadap temannya itu. Untunglah kedekatan hubungan anak-anak dengan saya menyelamatkan kami dari bahaya semacam itu. Anak saya berani bercerita pada mamanya ini apa adanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline