Lihat ke Halaman Asli

Nafista Kurnia Putri 28

Mahasiswa pendidikan Islam Anak Usia Dini

Semakin Tinggi Kognitif Anak, Maka Semakin Tinggi Pula Kemampuan Bahasanya

Diperbarui: 6 Mei 2020   10:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Salah satu aspek yang dapat menstimulasi perkembangan kognitif anak adalah dengan berbahasa. Dengan bahasa, anak mampu mengungkapkan apa yang ada didalam pikiran dan hatinya.

Kemampuan berbahasa setiap anak berbeda-beda. Akan tetapi itu semua tidak jauh-jauh dari standar kemampuan sesuai usianya. Mulai dari anak hanya dapat mengungkapkan keinginannya menggunakan simbol, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dengan menggunakan kata tanya "apa" dan "dimana", menjawab pertanyaan "berapa" dan "siapa", dan sampai pada kemudian memiliki kosakata yang banyak atau dapat menceritakan sesuatu secara lebih tersusun.

Untuk mendukung hal tersebut, perlunya orang tua maupun pendidik untuk cepat, tanggap, merespon, dan antusias dengan apa yang dikatakan anak sesuai keadaannya. Ada hal sederhana yang mungkin banyak dilupakan orang tua yaitu bertanya tentang bagaimana sekolahnya hari ini, apakah anak senang atau tidak. 

"Hari ini ngapain aja nak?", jangan pernah lewatkan percakapan ini dengan anak, karena ini sangat penting bagi kehidupannya. Anak akan merasa dirinya diperhatikan, berharga saat tahu ayah ibunya selalu peduli terhadap kehidupannya sehari-hari, dan nantinya akan membangkitkan minta anak dalam berbahasa yang lebih kompleks lagi. Hal ini akan kembali terulang ketika pendidik menjadi pendengar yang baik di masa lansia nanti.

Lalu hindarilah untuk terlalu cepat menghakimi atau menyalahkan anak. Agar ketika ia sudah mulai dewasa, ia berani mencurahkan perasaannya padamu, bukan pada orang lain yang bisa saja punya niat buruk padanya. 

Karena ketika anak tidak ingin curhat, dengan beranggapan " "enggak ah, palingan juga dimarahin" disitulah sebenarnya anak tidak merasakan kenyamanan dan pendidik dianggap gagal.

Faktor lain yaitu mengenai gadget. Sebelum adanya Covid 19 hendaknya gadget dijauhkan gadget dari anak usia dini. Gadget sejatinya tidak perlu diperkenalkan kepada anak. Ketika anak ditontonkan sebuah video, maka hanya satu kegiatan yang dilakukan. 

Sementara ketika diajak bicara oleh orang tua, anak belajar mempelajari ekspresi, membangun ikatan bersama, dan belajar bahasa ibu. Jangan salahkan anak jadi susah berkomunikasi dan terbuka ketika besar nanti, kalau saat kecil tidak pernah diajak bicara.

Akan tetapi untuk saat ini yang mana kondisi tak terduga sedang terjadi karena mewabahnya Covid 19 yang membuat semua aktivitas beralih ke gadget (HP, komputer, laptop, dll). Pendidik atau orang tua tidak boleh melarang begitu saja agar anak suci dari gadget.

Gadget juga tidak selalu menyebabkan kemampuan bahasa anak menjadi tertinggal atau tidak berkembang dengan baik. Asalkan hal-hal diatas sudah terlaksana dengan baik. Nyatanya, banyak juga anak yang semakin aktif dan kreatif setelah berteman dengan gadget. 

Meskipun tidak menutup kemungkinan, beberapa anak justru mengurung diri atau tidak mau bersosialisasi karena terlalu akrab dengan gadget, lagi-lagi ini kembali pada bagaimana pola asuh orang tua. Mau seperti apa mendampingi anak untuk berkembang lebih baik supaya tetep ada komunikasi dua arah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline