Lihat ke Halaman Asli

Nafis Hadi Purnama

Dunia haknya anak muda

Merenungi Hakikat Cinta Bersama Buku Klasik: Laila Majnun

Diperbarui: 19 Desember 2023   22:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: kompasiana.com/taufansr

Dewasa ini, kiranya kita semua mengenal istilah populer yang sering digaungkan di media sosial yaitu istilah strawberry generation. Istilah yang dimana itu ditujukan untuk generasi yang sebetulnya memiliki kualitas kreativitas yang tinggi, namun mereka selalu kalah oleh kehadiran tekanan sosial yang hadir dalam hidup mereka. 

Generasi stroberi dikenal mudah rapuh oleh tekanan sosial yang mereka alami. Mereka lebih mengedepankan memikirkan tekanan sosialnya daripada mengedepankan berbagai hal yang penting untuk mereka jalani dan selesaikan.

Hal itu terjadi dalam setiap lini kehidupan jaman sekarang. Salah satunya adalah mengenai percintaan generasi muda di Indonesia hari ini. Kita semua mengenal istilah crush, friendzone, love boombing dan lain sebagainya dalam dunia percintaan. 

Keren sekali, bukan? Namun miris, dunia percintaan jaman ini banyak sekali memberikan tekanan kepada banyak individu yang kemudian menjadi pemicu banyak individu mengalami depresi. Pun mirisnya lagi, berangkat daripada depresi itulah sehingga banyak individu memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. 

Mengkahiri hidup atas dasar berbagai tekanan yang menimbulkan depresi, dan semua tekanan itu hadir karena kisah percintaannya. Kasus seperti ini sudah banyak terjadi di Indonesia.

Selama ini, kita bergelut dalam dunia percintaan. Namun sebetulnya apakah pemahaman dan kesiapan mental untuk kita bergelut dalam dunia percintaan itu sudah mumpuni? 

Sejauh mana kita siap dengan segala kemungkinan buruk yang akan dialami dalam dunia percintaan? Penulis kira belum jika kita belum mampu me-manage semua emosi yang hadir, pun belum mampu mengendalikan diri ketika ditekan oleh berbagai tekanan yang hadir.

Dan sebetulnya apa sih yang dikatakan cinta itu? Apa hakikat daripada cinta itu sendiri? Penulis kira, perlu berangkat daripada pemikiran yang terus merenungkan semua hal itu untuk kita jatuh cinta.

Mari Berpikir Bersama Kisah Cinta Klasik Laila Majnun

Pada kisahnya, di suatu zaman di negeri Arab sana lahirlah seorang bayi laki-laki yang dengan kekuatan ketampanannya mampu menghadirkan kebahagiaan kepada keluarganya. Ia lahir dari seorang Ibu yang di mana suaminya adalah pemimpin kabilah Amir - kabilah dengan kekayaan dan kekuatan paling mumpuni saat itu. Tidak ada kabilah lain yang mampu menandingi banyaknya pasukan dan kekayaan kabilah Amir saat itu. Karena hal itulah, sang Ayah adalah orang yang sangat disanjungi dan termasyhur di sana. Bayi itu dilahirkan dari keluarga termasyhur seperti itu dan lahir dengan nama Qais, pemberian dari keluarganya.

Seiring berjalannya waktu, umur Qais bertumbuh dengan diikuti ketampanannya yang juga terlihat semakin menjadi. Singkat cerita, masuklah Qais ke masa di mana ia harus mulai menimba ilmu. Ia masuk ke salah satu sekolah di negeri Arab sana. Qais adalah murid yang tak perlu dipertanyakan lagi ghairahnya dalam kegiatan pembelajarannya. Ia menjadi yang terdepan dalam setiap pembelajaran. Hingga dalam beberapa waktu, Qaislah murid yang mampu mengalahkan teman-teman di sekolahya dalam semua bidang pelajaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline