Sampai saat ini kita masih diperuntukkan untuk stay at home (tinggal di rumah). Hal ini dikarenakan masih meraja nya Covid-19. Bahkan saat ini, di Indonesia, kasus positif Covid-19 malah makin meluap. Karena itu, mari kita patuhi protokol kesehatan seperti menjaga jarak, menghindari kerumunan, memakai masker, serta apapun yang membuat kita aman, mari kita jalankan bersama.
Saya ingin mencoba membuka artikel ini dengan "membeberkan" salah satu masalah pendidikan yang sedang Indonesia alami sekarang. Mungkin atau bahkan memang benar, rendahnya kualitas guru menjadi penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Berdasarkan data UNESCO dalam GEM (Baca: Global Education Monitoring) report 2016, kualitas guru di Indonesia menempati peringkat ke 14 dari 14 negara berkembang lainnya. Hal ini menunjukan bahwa kualitas guru di Indonesia masih tergolong rendah. Dan pada akhirnya, dengan rendahnya kualitas guru di Indonesia menjadikan kualitas Pendidikan juga rendah.
Bahkan Saya pernah mengikuti sebuah webinar pendidikan, dan Saya mendapatkan salah satu pernyataan yang memang sangat relevan dengan kondisi pendidikan saat ini. Kurang lebih, bahwa pendidikan sekarang sudah menjadi kebalikan dari teori evolusi yang digagas oleh Robert Darwin. Jika di dalam teori evolusi, menyatakan manusia itu berasal dari kera, yang kemudian berevolusi menjadi manusia. Dan pendidikan Indonesia saat ini menjadi kebalikan dari itu semua.
Kembali ke dalam topik, Saya menyatakan bahwa meningkatnya masalah lingkungan: sejalan dengan menurunnya kualitas pendidikan. Artinya, jika memang lingkungan menjadi buruk, itu semua berawal dari pendidikan yang memang buruk.
Meningkatnya Masalah Lingkungan: Sejalan Dengan Menurunnya Kualitas Pendidikan
Jika Kawan-kawan mengkaji yang namanya filosofi stoicism, ada yang namanya 4 prinsip stoicism. Salah satunya adalah, bahwa semua hal yang terjadi pasti ada alasannya. Hal baik maupun buruk sudah di atur oleh satu kekuatan yang paling besar dari segala yang ada di alam semesta. Maka dari itu, jika masalah lingkungan meningkat, sudah hal yang pasti, akan ada alasannya.
Dan menurut saya pendidikan menjadi salah satu alasan meningkatnya masalah lignkungan. Tetapi Kita tidak bisa menafsirkan permasalahan hanya dengan satu faktor. Pasti ada faktor lain selain pendidikan yang menyebabkan masalah lingkungan meningkat.
Ada semacam siklus yang bisa menggambarkan permasalahan pendidikan yang berdampak kepada lingkungan.
Di mulai dari pendidikan. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Itu akibatnya banyak pelajar di Indonesia yang kurang edukasi tetapi tidak haus akan edukasi. Contohnya saja, banyak pelajar yang sudah merokok. Barang tentu rokok merupakan hal negatif terlebih bagi seorang pelajar.
Akibat dari rokok itu sendiri, lingkungan ikut terdampak. Jika sudah selesai merokok, rokok itu menjadi sebuah sampah, lantas banyak sekali orang yang membuang sampah tidak pada tempatnya. Dan inilah yang menjadi permasalahan untuk lingkungan, yaitu sampah. Di mulai dari pendidikan yang "kurang" akan edukasi terhadap pelajar, lantas pelajar itu menjadi seorang perokok, dan pada akhirnya lingkungan yang ikut terdampak karena rokok yang menjadi sampah.
Menurunnya Masalah Lingkungan: Sejalan Dengan Meningkatnya Kualitas Pendidikan
Jika Kawan-kawan mengkaji beberapa aliran klasik dalam dunia pendidikan, ada salah satu aliran yang namanya the school of british empirism (aliran empirisme inggris). Tetapi kita sebut saja ini dengan sebutan aliran empirisme. Aliran ini menyatakan bahwa lingkungan dan pengalaman pendidikan adalah hal yang sangat berpengaruh terhadap manusia. Dan manusia itu sendiri sebagai lembaran kosong atau buku tulis yang kosong. Artinya, manusia dapat di didik menjadi dua pilihan di dalam pendidikan. Di didik menjadi baik maupun menjadi buruk. Dan tentunya pendidikan di Indonesia harus menjadikan didikannya menjadi manusia yang mengarah kepada kebaikan.
Pendidikan juga bisa kita analogikan menjadi sebuah rahim. Pendidikan adalah rahim. Rahim bagi siapa pun yang masuk ke dalamnya. Mungkin ada yang lahir sempurna, ada juga yang lahir dengan tidak sempurna.