Di era digital yang semakin berkembang, keamanan siber telah menjadi salah satu isu paling krusial bagi negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Namun, Indonesia masih menghadapi banyak tantangan dalam membangun sistem keamanan siber yang kuat dan tangguh.
Lemahnya sistem keamanan siber di Indonesia menjadi ancaman serius terhadap kebocoran data digital masyarakat, yang berdampak pada privasi individu, keamanan nasional, serta stabilitas ekonomi. Selama beberapa tahun terakhir, Indonesia telah menghadapi berbagai insiden kebocoran data yang merugikan masyarakat.
Mulai dari data pribadi pengguna layanan telekomunikasi hingga data kesehatan, kasus-kasus kebocoran data ini menunjukkan betapa rentannya sistem keamanan digital di Indonesia. Karena keterbatasan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta kekurangan tenaga ahli dalam bidang keamanan siber menjadi salah satu kendala besar yang dihadapi Indonesia. Negara ini masih kekurangan tenaga profesional yang memiliki keahlian khusus dalam menangani ancaman siber. Hal ini menyebabkan respons terhadap serangan siber sering kali lambat dan tidak efektif, memperbesar risiko kebocoran data.
Seperti yang terjadi beberapa bulan yang lalu kominfo kebololan data yang mengakibatkan 210 instansi pemerintah terdampak pada layanan publik berbasis digital terganggu diserang virus yang disebut "ransomware". Upaya untuk mengembalikan data masih terus dilakukan tetapi peretas meminta uang tebusan sebesar 131 miliar kepada pemerintah untuk melepaskan PDN.
Aksi peretasan berhasil membobol data milik negara karena adanya sebuah celah dan kelemahan keamanan pada sistem yang ada pada data nasional. Kurangnya kepedulian dan kewaspadaan serta keasadaran akan keamanan data di lingkungan pemerintah, peretasan diawali oleh kelalaian atau kelengahan dari para personel yang memiliki akses masuk ke sistem data atau jaringan.
Dalam hal ini keamanan merupakan sesuatu yang sangat utama dalam penjagaan data dan informasi, pemerintah harus memperhatikan celah sekecil apapun agar tidak ada kejadian seperti ini tidak terulang kembali. Perlunya backup data sistem sebagai antisispasi jika terjadi kerusakan atau kebocoran bisa langsung terganti ke sistem penggantinya, apabila server utama tidak bisa setidaknya ada cadangan yang bisa digunakan sementara sembari menunggu server utamanya di lakukan perbaikan.
Pengecekan data secara berkala sangatlah penting untuk mengetahui apakah ada kejanggalan di sistem ataupun ada masalah kecil yang bisa langsung di ketahui agar dampak yang diberikan tidak terlalu besar. Tidak adanya backup data menunjukkan Kurangya profesionalitas kominfo dalam melakukan pekerjaanya yang mengakibatkan kerugian besar terhadap data masyarakat indonesia yang tersebar luas dan bisa disalahgunakan oleh peretas demi keuntungannya pribadi.
BY NAFIS ALFARUQI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H