Lihat ke Halaman Asli

nafisah

Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Menghadirkan Keberagaman melalui Tokoh Cerita dalam Sastra Anak

Diperbarui: 2 Desember 2024   12:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak-anak Membaca (Sumber: Freepik)

Sastra anak bukan hanya sekadar hiburan, sastra anak adalah jendela untuk memahami dunia, media untuk belajar nilai-nilai kehidupan, dan cara untuk membangun empati. 

Dalam masyarakat yang semakin beragam, penting bagi sastra anak untuk merefleksikan inklusi, yaitu penerimaan dan penghargaan terhadap berbagai perbedaan, seperti budaya, agama, gender, hingga kebutuhan khusus. Dengan cara ini, sastra anak dapat menjadi alat yang efektif untuk mengajarkan nilai-nilai keberagaman kepada generasi muda.

Anak-anak adalah pembelajar yang luar biasa. Mereka menggunakan imajinasi dan rasa ingin tahu mereka untuk memahami dunia di sekitar mereka. Di sinilah peran penting sastra anak. 

Buku-buku dan cerita yang mencerminkan keberagaman dapat membantu mereka melihat bahwa perbedaan adalah sesuatu yang indah dan harus dihargai. Ketika anak membaca tentang tokoh-tokoh yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, mereka belajar untuk menerima dan menghormati orang lain.

 Misalnya, sebuah cerita yang menampilkan tradisi lokal tertentu atau tokoh yang berbicara dalam dialek khas dapat memperkaya pengetahuan anak tentang budaya lain, sekaligus meningkatkan rasa hormat terhadap perbedaan. Cerita semacam ini juga membantu anak-anak memahami bahwa setiap orang memiliki cerita unik yang patut dihormati.

Selain itu, sastra anak yang inklusif juga memberikan kesempatan kepada anak-anak dari kelompok minoritas atau yang sering kali merasa "berbeda" untuk merasa terwakili. Misalnya, seorang anak yang menggunakan kursi roda mungkin merasa lebih percaya diri ketika membaca cerita tentang tokoh dengan disabilitas yang berani dan berprestasi. 

Representasi semacam ini tidak hanya membangun kepercayaan diri tetapi juga memberikan pesan kepada semua anak bahwa setiap orang memiliki kemampuan dan nilai yang unik, terlepas dari tantangan yang mereka hadapi. Dengan cara ini, sastra anak berperan sebagai penguat identitas bagi anak-anak yang selama ini merasa kurang terwakili dalam narasi umum.

Salah satu contoh buku sastra anak yang berhasil menghadirkan inklusi adalah "Bercerita Bersama Sofi" karya Farida Kurniawati Yusuf dan Lathiffida Noor Jaswandi. Buku ini menggambarkan perjalanan Sofi, seorang anak yang memiliki keterbatasan pendengaran, dalam memahami dunia sekitarnya. 

Melalui ilustrasi yang menarik dan cerita yang menyentuh, pembaca diajak untuk melihat bagaimana Sofi tetap dapat berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan teman-temannya menggunakan bahasa isyarat. 

Buku ini memberikan pesan penting bahwa komunikasi tidak terbatas pada kata-kata, dan setiap individu memiliki cara unik untuk berinteraksi. Cerita dalam "Bercerita Bersama Sofi" juga memperlihatkan bagaimana lingkungan yang inklusif dapat membantu anak-anak dengan kebutuhan khusus berkembang secara optimal.

 Misalnya, teman-teman Sofi yang belajar bahasa isyarat untuk berkomunikasi dengannya menunjukkan pentingnya empati dan kerja sama. Melalui cerita ini, anak-anak diajarkan untuk tidak hanya menerima perbedaan, tetapi juga aktif mendukung teman-teman mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Hal ini membantu menciptakan lingkungan sosial yang lebih harmonis dan inklusif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline