Lihat ke Halaman Asli

Nafisaa Rizky

mahasiswa

Komunikasi Keluarga

Diperbarui: 6 Desember 2022   22:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Manusia merupakan mahluk sosial yang akan terus berhubungan dengan manusia lainnya, maka dari itu manusia harus dapat berkomunikasi dengan baik dan berprilaku baik. Rumah merupakan tempat pendidikan pertama seorang anak dan memiliki peranan penting dalam proses pembentukan karakter. Rumah yang sebenarnya adalah keluarga harmonis dan komunikasi adalah kunci utamanya.

Menurut Rae Sedwig(dalam achdiat,1997), komunikasi keluarga adalah suatu pengorganisasian yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh, intonasi suara, tindakan untuk menciptakan harapan, ungkapan perasaan  serta saling membagi pengertian. Untuk mencapai keharmonisan keluarga komunikasi sangatlah berperan penting sebagaimana yang dikatakan oleh Balswick bahwa komunikasi yang terjadi dalam lingkungan keluarga merupakan jantung kehidupan, guna menunjang interaksi dan komunikasi antar anggota keluarga, di samping mengeksplorasi emosi.

Pola Komunikasi Keluarga

Menurut Devito (1986) dalam bukunya The Interpesonal Comummnivation Book mengungkapkan bahwa terdapat empat pola komunikasi keluarga, yaitu

  • Pola Komunikasi Persamaan (equality pattern

Dalam pola ini setiap anggota dianggap setara tidak ada pemimpin, pengikut, pemberi pendapat, dan mencari pendapat, jadi komunikasi berjalan secara seimbang. Setiap anggota memiliki hak yang sama dalam memutuskan suatu perkara baik yang penting maupun tidak penting. Konflik yang terjadi seperti perbedaan pendapat tidak dilihat sebagai ancaman melainkan sebagai benturan yang tak terhindarkan dari ide-ide atau perbedaan nilai dan persepsi yang merupakan bagian dari hubungan jangka Panjang dan menyelasaikannya dengan diamati dan dianalisis.

  • Pola Komunikasi Seimbang Terpisah (balance split pattern)

Dalam pola komunikasi ini setiap anggota memiliki perannya masing-masing dan bisa jadi dalam pola ini antar anggota memilki pengetahuan yang sama mengenai agama, kesehatan, seni, dan tidak ada pihak yang dianggap lebih dari yang lain. Konflik tidak menjadi sebuah ancaman karena setiap anggota sudah memiliki peranya masing-masing, contohnya bila dalam urusan anak maka istri lah yang berperan dan bertanggung jawab.

  • Pola komunikasi Tak Seimbang Terpisah(unbalance split pattern)

Dalam pola ini ada satu orang yang mendominasi yang memegang kontrol, dan biasanya orang yang mendominasi ini memiliki kelebihan seperti memiliki pengetahuan lebih, fisik yang menarik, atau berpenghasilan lebih besar. Pihak yang mendominasi mengeluarkan pernyataan tegas, memberi tahu pihak yang lain apa yang harus dikerjakan, memberi opini dengan bebas, memainkan kekuasan dengan kontrol, dan jarang meminta pendapat yang lain kecuali untuk mendapatkan rasa aman bagi egonya sendiri atau untuk menyakinkan pihak lain. Sebaliknya pihak yang lemah akan bertanya, meminta pendapat dan berpegang pada pihak yang mendominasi dalam mengambil keputusan.

  • Pola komunikasi monopoli(monopoly pattern)

Satu orang memiliki kekuasaan, ia lebih memerintah dan memberi wejangan dari pada berkomunikasi. Ia memegang penuh terhadap semua keputusan dan pihak lain tidak berhak menyuarakan pendapatnya dan cenderung mengarah ke komunikasi satu arah.

Fungsi Komunikasi Dalam Keluarga

  • Fungsi Informatif

Berharap agar semua anggota mendapatkan informasi yang lebih banyak, dan lebih baik agar informasi yang disampaikan dapat dilaksanakan secara lebih pasti.

  • Fungsi Regulatif

Dimana komunikasi berfungsi sebagai upaya dalam pembentukan dan kejelasan terhadap sebuah peraturan yang ada.

  • Fungsi Persuasif

Dimana komunikasi diharapkan dapat mengubah pola pikir komunikan, mengikuti pendapat atau anggapan yang disampaikan oleh seorang komunikator, dan mengubah prilaku komunikan terhadap pesan yang disampaikan.

  • Komunikasi intergrarif

Merupakan sebuah upaya pengiriman informasi atau pesan kepada penerima dapat terlaksana secara terintegrasi untuk mencapai tujuan tertentu.

Hambatan Dalam Komunikasi 

Hambatan komunikasi dapat terjadi pada komunikator, komunikan, pesan, media, atau suasana ketika proses komunikasi berlangsung. Hambatan-hambatan menurut Effendy(1989) dan Mulyana(2001) terdiri dari:

  • Gangguan fisik

Gangguan ini diakibatkan karena gangguan luar biasanya berkaitan dengan situasi, tempat, dan suasana pada saat komunikasi berlangsung. Dalam keluarga hambatan ini terjadi umumnya ketika salah satu anggota keluarga dalam suasana tidak nyaman.

  • Gangguan mekanik

Gangguan mekanik ini terjadi pada alat atau media yang kita gunakan dalam berkomunikasi. Contohnya adalah suara yang terputus-putus pada saat melalukan telephone.

  • Gangguan Semantik

Gangguan ini merupakan kesalah pahaman terhadap penggunaan bahasa antara komunikator dengan komunikan. Salah satu contoh gangguan ini adalah adanya kesalahan persepsi yang memicu terjadinya konflik.

  • Gangguan Budaya

Gangguan ini terjadi ketika salah satu anggota keluarga berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Misal seorang wanita yang berasal dari suku Sunda menikah dengan seorang pria yang berasal dari Ambon, maka dalam berkomunikasi akan mengalami gangguan.

  • Gangguan Kepentingan

Komunikan hanya akan memperhatikan pesan yang dianggap ada hubungannya dengan dia. Misalnya pada saat tertentu, anak tidak akan memperhatikan apa yang disampaikan oleh orang tua ketika anak menganggap informasi yang disampaikan semakin tidak jelas, semakin membingungkan, bahkan membuat stress.

  • Gangguan Motivasi

Seseorang akan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhannya. Kebutuhan dan keinginan seseorang dari waktu ke waktu akan mengalami perubahan. Oleh karena itu, sulit bagi komunikator untuk memilih pesan mana yang efektif. Penting bagi orang tua untuk membuat strategi komunikasi dengan anak.

  • Gangguan Prasangka

Menurut Sarwono (2006), prasangka adalah sikap, emosi, atau perilaku negatif terhadap seseorang atau sekelompok orang karena keanggotaannya dalam kelompok tertentu, hal ini disebabkan karena adanya penilaian tanpa melihat karakteristik unik dari seseorang atau sekelompok orang yang dinilai, tetapi penilaian dilakukan berdasarkan karakteristik kelompoknya yang menonjol. Dalam hal ini orang tua harus mampu meminimalisir pransangka-prasangka negatif yang akan ditimbulkan oleh anggota keluarga.

Cara Membangun Komunikasi Yang Baik Dengan Keluarga

  • Selalu luangkan waktu untuk mengobrol dengan keluarga
  • Belajarlah terbuka antara satu sama lain
  • Jadilah pendengar yang baik
  • Rayakan momen spesial dengan keluarga
  • Pahami kondisi masing-masing anggota keluarga
  • Gunakan bahasa yang positif
  • Pahami karakter masing-masing anggota
  • Memberi perhatian lebih pada keluarga

Efek Komunikasi Dalam Keluarga

  • Efek kognitif

Berhubungan dengan pemikiran atau penalaran, sehingga komunikan yang semula tidak tahu menjadi tahu akibat dari informasi yang dia dapatkan.

  • Efek afektif

Sikap dari komunikan yang berupa perasaan yang timbul setelah mengonsumsi berbagai informasi yang diterimanya

  • Efek behavioral

Efek behavioral merupakan akibat yang timbul dari komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan. Efek ini muncul setelah efek kognitif dan efek afektif

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline