Lihat ke Halaman Asli

Bagaimana Memilih Ustadz?

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13525660601484301131

Mungkin pernah terlintas pertanyaan di benak kita tentang bagaimana memilih ustad yang ajarannya benar-benar sesuai tuntunan agama. Apalagi di zaman sekarang yang notabene banyak kalangan ustad yang juga merambah dalam dunia selebriti alias public figure.  Tak jarang banyak dari mereka yang segala hal yang menyangkut  kehidupannya menjadi konsumsi publik dan banyak dijadikan sorotan masyarakat. So, tugas kita disini ada baiknya jika kita dapat memfilter nasihat atau pernyataan apapun yang kita dapatkan. Terlepas dari siapapun yang mengatakannya, jangan sampai kita terhipnotis dengan embel-embel ustad yang melekat sehingga pemikiran kita menjadi tak logis dan jauh dari hakikat kebenaran ajaran agama. Berikut ini ada beberapa ulasan yang saya dapatkan dari seorang bijak. "Ustadz, acara nya bagus, oh ya saya mau tanya, pacaran itu boleh?" | "Boleh asal ridha orang tua" >> Ini Ustadz galau "Ustadz, doakan anak saya lulus Indonesian Idol ya" | "Iya, jangan lupa shalat tahajud" >> Ya ng namanya Ngacoo yaa ini nih "Ustadz, gmn sikap kita pada pacar di bulan ramadhan?" | "Ya di ajak taraweh bareng" >> Nah ini Ustadz ngawooor "Pacaran itu boleh2 aja, Islam kan mewajibkan saling mencintai" >> Ustadz ini dapat salam dari Echi >> Eee Capuek deh! "Ustadz, pake Jilbab itu wajib?" | "Engga, yang wajib itu pakaian terhormat" >> Kalo ini ustadz jenis C spasi D >> Capuek Deh! “Jin itu kan makhluk Allah, jadi sesajian itu termasuk sedekah” >> ini model Ustadz C spasi D Ctrl Z + A spasi A >> Au aH! "Pemirsa.. disini ada penampakan makhluk penjaga tempat wudhu para wali" >> Kalo yang ini U+G+D >> Jgn di ketik! lariin ke UGD beneran! Begitulah celakanya, ketika ‘Oknum Ustadz‘ udah bicara, kita berhenti analisa gunakan ‘pembeda’ Lebih bahaya ketika hal yang salah menjadi pembenaran hanya karena lebel ‘ustadz’ dan ‘kiayi’ sudah tersemat ”Kenapa harus pake jilbab? Istri kiayi tetanggaku aja ga pake” | Jangankan istri Kiayi, Istri Nabi Luth aja tempatnya di Neraka ”Kenapa pacaran haram? Temenku anak ustadz aja pacaran” | Jangankan anak Ustadz, Anak Nabi Nuh aja ada yg masuk Neraka Lalu, Bagaimana cara membedakan Ustadz mana yang pantes didengerin dan yang mana pula yang harus dicuekin? Mengapa hal ini perlu disinggung? banyak anak-anak muda yang semangat mencari ilmu dan mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di dalam benaknya, baik dalam hal Syariat, Fiqh, Akhlak, dll. Dan sangat disayangkan jika anak muda tersebut bertanya pada ustadz atau kiyai yang salah. loh salahnya bagaimana? salahnya ketika jawaban-jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan ajaran Islam. Sebagai contoh, ada ukhti bertanya : 'Ustadz, sebenernya pacaran itu boleh ga sih?' | jika seorang ukhti sudah bertanya seperti itu, artinya dia sedang merasa bimbang tentang apa yang sedang diperbuatnya, ada perasaan merasa bersalah namun tidak memiliki ilmu untuk menentukan Halal Haram suatu perbuatan. Lalu si Ustadz menjawab 'Boleh, asal Orang Tua ridha' | Ya Subhanallah, jika saya tidak boleh mengatakan ini adalah sebuah jawaban yang sesat menyesatkan, lalu kalimat apa lagi yang tepat? Merasa sudah mendapatkan jawaban, Muda Mudi tersebut tetap melanjutkan perbuatan khalwat tanpa merasa berdosa sedikitpun | can you imagine? Lalu bagaimana cara menentukan mana Ustadz yang bener dan mana Ustadz yang aneh? | Gunakan 'Al-Furqan' atau 'Pembeda' >> nama lain dari Al-Quran. Tidak disebut Da'i jika membolehkan suatu perkara tanpa landasan syar'i | Tidak disebut Da'i jika melarang suatu perkara tanpa bersandar pada Al-Quran dan Sunnah. Seorang Ustadz Kiyai adalah penyampai Risalah Islam | Tidak akan keluar suatu 'Pembolehan' atau 'Larangan' dari lisannya yang tidak disertai Landasan Syar'i yang sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah. Jadi jika tanya perkara apapun kepada seorang Ustadz atau Kiyai dan Ustadz atau Kiyai tersebut menjawab tanpa dasar | Lanjutkan pertanyaan : 'Maaf Ustadz, dalil nya apa?' | 'Kenapa boleh dalilnya apa?' | 'Kenapa ga boleh dalilnya apa?' | 'Kalo kasus nya begini gmn tadz?' | 'Kalo begitu trus gmn tuh tadz?' Takut dianggap tidak sopan? Atau Takut menyinggung sang Ustadz? | Tidak akan! Ustadz yang bener tuh pasti bangga betul jika ada yang nanya suatu perkara sampai tuntas sampai tegak segala Hujjah. Tapi jika masih khawatir bisa saja katakan "Maaf nih ustadz saya banyak nanya, saya tanya dalil bukannya tidak percaya, tapi agar saya juga bisa sampaikan ke temen-temen, ntar kalo temen saya minta dalil dan saya ga tau kan lucu, ya ga tadz? (sambil senyum)" Nah jika pertanyaan kita ribet dan detail tentang suatu perkara, bisa saja ada Ustadz yang jawabnya gini : "Wah ana belom tau untuk kasus yang itu, Besok kesini lagi aja, nanti malam ana buka lagi kitabnya" Beuuh... ini nih, yang begini ini tanda-tanda ustadz keren | Ga akan menjawab dulu jika tanpa landasan. *** Sebaliknya jika ada Ustadz dan Kiyai yang ditanya dalil tapi malah Galau, Panik dan Bingung | Wah ini juga tanda-tanda -_- 'Ustadz, Dagangan saya kurang laku nih' | 'Mandi pakai bunga 7 Rupa' >> 'Oh gitu ya, ada dalilnya ga tadz? kalo 19 rupa aja gimana?' 'Shalawat 5000x sehari jika ingin Ruh ketemu Nabi' | 'Nabi ngajarinnya begitu ya? Ada dalil nya pak Kiyai?' 'Pak Kiyai kok ga Shalat?' | 'Karena saya sudah mencapai tingkat Ma'rifat' >> 'Wah selamat pak, tp dalilnya ada ga pak Kiyai? Kenapa Rasul dan para Sahabat masih shalat? apa karena belum mencapai tingkatan seperti pak Kiyai? 'Pacaran itu kan kasih sayang, itu termasuk ibadah' | 'Oh begitu ya, jadi Sunnah dan Tata Cara nya yang diajarkan Rasulullah gmn tuh ustadz?' Baca Dzikir 17.000 kali sehari, tambah puasa 40 Hari 40 Malam, nanti bisa kebal | 'Wah itu panduannya ada di kitab ulama mana pak Kiyai? saya mau donk, tp btw, kenapa Rasul kalo di medan perang pakai baju zirah sampai 2 lapis ya pak Kiyai?' #to be continue




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline