Lihat ke Halaman Asli

Pengalaman Itu Memberi Makna untuk Diri

Diperbarui: 10 Januari 2023   07:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Selamat pagi semuanya, karena aku pagi hari ini telah libur semester jadi aku memutuskan mengisi waktu liburku dengan dirumah dan aku sembari menjaga toko aku mulai mengetik dengan menceritakan apa yan sedang aku pikirkan. Kejadiannya sudah lama sekali ketika aku masih duduk dibangku SMA tepatnya kelas sebelas dan sekarang aku sudah berada dibangku perkuliahan semester tiga, karena hari itu hari ulang tahunku aku penuh dengan semangat berangkat kesekolah pagi sekali, dalam sekelas yang ulang tahun bukan hanya aku saja, tetapi salah satu temanku juga ada yang berulang tahun, jika biasanya aku hanya diberikan hadiah kecil oleh orangtuaku atau teman dekatku, sebaliknya temanku ini dirayakan dengan kue tart dan makanan yang dibagikan untuk anak-anak kelas. Karena ada dua anak yang ulang tahun pada hari itu (aku dengan temanku) aku ikut serta dipanggil kedepan untuk merayakan dan bernyanyi, tiup lilin, bahkan kami memotong kue secara bersamaan.

Kalian merasakan bukan jika hari itu aku tetap merasa bahagia dan baik-baik saja, tapi ada yang tertinggal. Aku merasa hampa saja, by the way aku SMA di suatu pondok pesantren, jadi saat itu orang tuaku tidak dapat menjenguk karena bukan jadwal hari libur dan memang aku biasanya dijenguk kadang satu bulan sekali, kalau sempat ibu atau ayahku mengirimiku uang atau jajan ciki lewat kantor pos.

Mungkin yang aku rasakan saat itu sepele sekali bukan tapi entah apa yang mendorongku bersemangat untuk menuliskannya, mungkin untuk mengenangnya dikemudian hari. Dengan ceritaku pada paragraf diatas aku bukan tidak menghargai hadiah-hadiah kecil yang orangtuaku berikan, bukan pula aku menuntut harus memiliki orang tua yang dimiliki temanku.

Aku bahkan selalu ingin berterima kasih sudah hadir ditengah keluarga yang baik, menerimaku tanpa menuntutku untuk menjadi sempurna, aku hanya menuliskan cuplikan pengalaman ini.

Sejujurnya hal sepele yang seperti itu malah seringkali menghantui malam-malam yang terasa kosong, bukankah jalan lain jika kamu tidak punya tempat untuk bercerita adalah dengan menceritakannya pada tulisan, setelah cara pertama mengadu kepada Tuhan.

Mana tahu dihari keesokan aku menemukan tulisan ini dan aku sudah bisa tersenyum dengan lapang, mana tahu dihari yang akan datang aku sudah menemukan seseorang yang mampu menampung hal sepele yang senang aku ceritakan, mana tahu aku sudah mencapai hal-hal yang sudah aku impikan sekarang, sehingga saat aku membaca tulisan ini aku hanya tersenyum dan memandang kedepan betapa sesungguhnya hal-hal yang terasa sulit, yang terasa tak mengenakan benak akan tetap berlalu dan berganti dengan hal-hal baru yang datang mendatangimu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline